Rontok 35,85%, Laba Bersih PTBA Semester I-2020 Jadi Rp1,3 Triliun
JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih sebesar Rp1,29 triliun pada semester I-2020, turun 35,85% secara year on year (yoy) dibanding periode tahun sebelumnya Rp2 triliun. Tak jauh berbeda, nasib pendapatan perseroan juga kontraksi 15,09% menjadi Rp9,01 triliun yoy dari sebelumnya Rp10,61 triliun pada semester I-2019. “Ini adalah dampak pandemi COVID-19 yang […]
Industri
JAKARTA – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba bersih sebesar Rp1,29 triliun pada semester I-2020, turun 35,85% secara year on year (yoy) dibanding periode tahun sebelumnya Rp2 triliun.
Tak jauh berbeda, nasib pendapatan perseroan juga kontraksi 15,09% menjadi Rp9,01 triliun yoy dari sebelumnya Rp10,61 triliun pada semester I-2019.
“Ini adalah dampak pandemi COVID-19 yang kami rasakan sejak Maret hingga hari ini,” kata Direktur PTBA, Arvyan Arifin dalam konferensi pers secara virtual, Rabu 30 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Hal itu tercermin dari lemahnya permintaan batu bara yang diikuti dengan pelemahan harga. Arvyan menjelaskan jika pada krisis sebelumnya hanya mengakibatkan harga jatuh, kali ini pandemi telak memukul harga dan permintaan sekaligus.
“Sehingga permintaan dalam negeri maupun ekspor mengalami penuruna yang luar biasa,” tambah dia.
Ini tidak lepas dari berkurangnya penggunaan batu bara oleh sejumlah negara maupun PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
Laporan Keuangan
Mengutip laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di keterbukaan informasi Bursa Feke Indonesia (BEI), PTBA juga mengalami kenaikan pada pos beban umum administrasi dari Rp793,7 miliar menjadi Rp868,48 miliar.
Di sisi lain, aset perseoran naik tipis menjadi Rp26,89 triliun dibanding nilai pada Desember 2019 Rp26,09 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp11,59 triliun dan aset tak lancar Rp15,29 triliun.
Sementara liabilitas tercatat senilai Rp10,92 triliun, naik dari Rp7,67 triliun pada Desember 2019.
Nilai liabilitas jangka panjang naik menjadi Rp 7,60 triliun selama enam bulan dari posisi Desember 2019 yang senilai Rp 4,69 triliun. Kenaikan ini karena adanya utang dividen senilai Rp 3,65 triliun.
Liabilitas jangka panjang juga ikut naik tipis menjadi Rp 3,31 triliun dari posisi akhir tahun lalu yang sebesar Rp 2,98 triliun.
Adapun nilai ekuitas mengalami penurunan selama enam bulan terakhir menjadi sebesar Rp 15,96 triliun dari Rp 18,42 triliun di akhir 2019.