Ruang Ritel di Jakarta Bakal Bertambah 373.000 m2 hingga 2023
- Menurut laporan dari Savills Indonesia, sebanyak 104.000 m2 akan memasuki pasar pada tahun ini, sedangkan 114.000 m2 sisanya pada 2022.
Industri
JAKARTA – Pasokan ruang ritel di Jakarta diprediksi akan bertambah seluas 373.000 m2 pada 2021-2023. Menurut laporan dari Savills Indonesia, sebanyak 104.000 m2 akan memasuki pasar pada tahun ini, sedangkan 114.000 m2 sisanya pada 2022.
Direktur Savills Indonesia Anton Sitorus mengungkapkan, keputusan pemerintah pusat untuk menurunkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) ke Level 3 memungkinkan mal beroperasi kembali dengan aturan tertentu.
“Kebijakan ini dinilai mampu mendorong kepercayaan pengecer dan masyarakat untuk kembali berkunjung ke mal,” mengutip keterangan tertulis, Rabu, 22 September 2021.
- RUPSLB Waskita Karya Setujui Tambah Modal 24,56 Miliar Saham
- Bayar Obligasi, Bank Mandiri Siapkan Dana Rp1,1 Triliun
- Kalah Modal, Transformasi Digital UKM Kalah dengan Perusahaan Kakap
Pasalnya, pada saat PPKM Level 4 diterapkan, aturan ketat yang diterapkan telah membebani pemilik dan penyewa karena mal. Seperti diketahui, pada saat itu pusat perbelanjaan tidak diizinkan untuk beroperasi. Pembelian makanan pun hanya dapat dilakukan secara delivery dan take away.
Dengan demikian, relaksasi PPKM di Jakarta saat ini dinilai menjadi angin segar bagi industri ritel.
Savills Indonesia memprediksi, para pedagang tetap optimistis kendati tantangan masih ada tantangan dari situasi pandemi. Hal ini didasarkan oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,93% year-on-year (yoy) pada semester I-2021.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai konsumsi rumah tangga sebesar Rp 1468,8 triliun ini merupakan pertumbuhan positif yang terjadi dalam empat kuartal terakhir.
Oleh karena itu, diharapkan tingkat penawaran dan permintaan bisa tumbuh selama dua tahun ke depan.
Sementara itu, mal didorong untuk beradaptasi dengan perubahan tren. Strategi ini mesti diterapkan baik bagi penyewa maupun pengunjungnya. Mal dapat mengintegrasikan model e-ritel dan platform online ke dalam operasional mereka. Hal ini untuk menjawab persaingan dengan pedagang e-commerce.