Rugi Bersih Rp2,06 Triliun, Garuda Indonesia (GIAA) Raup Laba Rp283 Miliar per Oktober 2024
- Sejak semester I-2024, maskapai penerbangan plat merah ini telah menunjukkan kemajuan melalui restrukturisasi utang yang dituangkan dalam keputusan homologasi pada 27 Juni 2022 lalu.
Korporasi
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mencatatkan kinerja keuangan yang mulai menunjukkan perbaikan signifikan pada Oktober 2024. Perusahaan plat merah ini meraup laba bersih sebesar US$18,11 juta atau setara Rp283,81 miliar (kurs Rp15.672).
Perbaikan ini terutama didorong oleh keberhasilan perusahaan dalam menerapkan skema ijarah setelah memperoleh persetujuan dari pemberi sewa pesawat, sebagai bagian dari perubahan pencatatan akuntansi dari PSAK 73 ke PSAK 107.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, mengatakan perubahan tersebut memungkinkan GIAA untuk memanfaatkan pendekatan ijarah, yang lebih relevan dengan transaksi sewa dalam pembiayaan syariah.
- Gunung Lewotobi Laki-laki: Menjaga Harmoni di Bawah Bayang-Bayang Cincin Api Pasifik
- Tok! Harga Bioetanol Rp14.039 per Liter dan Biodesel Rp13.384 per Liter
- Saham SGER di Tengah Rencana Arbitrase Lawan Tuduhan Fraud Vietnam
Ia menambahkan, langkah ini diharapkan dapat meningkatkan solvabilitas dan akses terhadap pendanaan baru di masa depan. “10% pesawat telah masuk dalam skema ijarah per Oktober, sehingga kami bisa mencatatkan laba bersih positif,” ujarnya dalam Paparan Publik secara daring pada Senin, 11 November 2024.
Sementara itu berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2024, emiten bersandikan GIAA masih menghadapi tantangan besar dengan rugi bersih mencapai US$131,22 juta atau sekitar Rp2,06 triliun.
Angka ini bahkan lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu US$72,38 juta atau Rp1,13 triliun. Selain itu, Garuda masih memiliki liabilitas jangka pendek yang melebihi aset lancar sebesar US$619 juta, serta mencatatkan ekuitas negatif senilai US$1,41 miliar.
Meski demikian, sejak semester I-2024, maskapai penerbangan plat merah ini telah menunjukkan kemajuan melalui restrukturisasi utang yang dituangkan dalam keputusan homologasi pada 27 Juni 2022 lalu.
Restrukturisasi ini mencakup pendanaan sebesar Rp7,5 triliun dan Rp725 miliar dari Penyertaan Modal Negara (PMN) dan PPA. Selain itu, perusahaan berhasil mencatatkan EBITDA positif sebesar US$685,81 juta, menunjukkan penguatan pada sisi operasional.
Manajemen GIAA menilai keberhasilan restrukturisasi dan skema ijarah ini memberikan landasan untuk peningkatan performa jangka panjang. “Restrukturisasi utang dan pendanaan tambahan memberikan dampak positif terhadap kinerja operasional dan keuangan perusahaan,” tulis manajemen dalam laporan keuangan yang diterbitkan belum lama ini.
Dengan langkah-langkah strategis yang tengah diambil, Garuda optimis dapat terus memperbaiki kondisi keuangannya serta meningkatkan daya saing di pasar. Sementara itu, dari lantai bursa, pada perdagangan berjalan hari, saham GIAA terpantau menguat 1,75% ke level Rp58 per saham.