<p>Pesawat Garuda Indonesia. / Garuda-indonesia.com</p>
Industri

Rugi Puluhan Triliun, Saham Garuda Indonesia Malah Meroket 40,17 Persen, Ini Alasannya

  • JAKARTA – Pergerakan saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berbanding terbalik dengan rilis kinerja keuangannnya di kuartal III-2020. Sebagaimana diketahui, maskapai penerbangan pelat merah ini mengalami kerugian sebesar US$1,07 miliar atau setara Rp16,46 triliun (kurs Rp14.925 per dolar AS) sepanjang sembilan bulan pertama 2020. Namun usai pengumuman hasil kinerja keuangan itu, saham GIAA bukannya melempem, […]

Industri
Fajar Yusuf Rasdianto

Fajar Yusuf Rasdianto

Author

JAKARTA – Pergerakan saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berbanding terbalik dengan rilis kinerja keuangannnya di kuartal III-2020. Sebagaimana diketahui, maskapai penerbangan pelat merah ini mengalami kerugian sebesar US$1,07 miliar atau setara Rp16,46 triliun (kurs Rp14.925 per dolar AS) sepanjang sembilan bulan pertama 2020.

Namun usai pengumuman hasil kinerja keuangan itu, saham GIAA bukannya melempem, justru semakin moncer. Tercatat pada perdagangan sesi I, Jumat, 13 November 2020, saham GIAA bahkan sudah melesat 3,14% atau 10 poin ke level Rp328 per lembar.

Dalam sepekan terakhir, saham Garuda Indonesia juga sudah melesat 27,13% dari sebelumnya Rp258 per lembar pada Senin, 9 November 2020. Sementara dalam sebulan terakhir, saham GIAA telah meroket 40,17% dari sebelumnya Rp234 per lembar pada 10 Oktober 2020.

Direktur Anugerah Mega Investasma Hans Kwee menilai, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan saham GIAA pekan ini. Faktor secara umum adalah klaim keberhasilan vaksin Pfizer dan BioNTech yang memicu penguatan saham-saham di segmen pariwisata.

“Pelaku pasar berpikir bahwa dengan adanya vaksin maka industri pariwisata bakal kembali bergairah. Orang-orang jadi bisa jalan-jalan lagi,” terang Hans saat dihubungi TrenAsia.com, Kamis, 12 November 2020.

Selain faktor umum tersebut, kenaikan saham GIAA juga dipicu kabar cairnya dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di pekan 3 atau 4 November 2020. Menteri Keuangan Sri Mulyani kala itu menyebut, sebagian dana yang akan dicairkan ini bakal dialokasikan untuk dana talangan bagi Garuda Indonesia dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS).

Di luar itu, ada juga faktor rencana Menteri BUMN Erick Thohir yang dikabarkan bakal membentuk holding aviasi. Garuda, dalam hal ini diperkirakan bakal menjadi induk dari holding tersebut.

“Saya kira faktor positifnya memang sedang kuat sekarang. Jadi wajar kalau sahamnya naik,” pungkas Hans.