Rugi Rp1,2 Triliun, AirAsia Siapkan Strategi PHK
JAKARTA – PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) terpaksa mengencangkan biaya operasional perseoran guna mempertahankan likuiditas hingga akhir tahun ini. Upaya itu mau tidak mau dilakukan lantaran pada semester I 2020 lalu, AirAsia harus menangguk rugi bersih lebih dari Rp1,22 triliun. Direktur Utama Indonesia AirAsia Veranita Yosephine mengungkapkan, pihaknya kini masih berupaya merasionalisasi seluruh biaya operasional […]
Nasional & Dunia
JAKARTA – PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) terpaksa mengencangkan biaya operasional perseoran guna mempertahankan likuiditas hingga akhir tahun ini. Upaya itu mau tidak mau dilakukan lantaran pada semester I 2020 lalu, AirAsia harus menangguk rugi bersih lebih dari Rp1,22 triliun.
Direktur Utama Indonesia AirAsia Veranita Yosephine mengungkapkan, pihaknya kini masih berupaya merasionalisasi seluruh biaya operasional perusahaan dan juga menghemat biaya-biaya tunai pengeluaran.
Inisiatif penghematan itu antara lain dengan melakukan negosiasi ulang dengan penyewa, institusi pendanaan, dan vendor untuk merestrukturisasi jangka waktu pembayaran.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Sekaligus juga melakukan penundaan penerimaan pesawat, penundaan pengeluaran modal, mengurangi guaranteed hours, serta biaya pemasaran. Plus menghentikan pengeluaran lain-lain, termasuk acara-acara sosial.
“Cash flow yang ada saat ini akan kami fokuskan untuk dapat memastikan operasional,” kata Veranita dalam paparan publik perseroan, dikutip Selasa 29 September 2020.
Di luar itu, perseroan juga telah menyiapkan strategi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai opsi terakhir. Veranita mengatakan, saat ini perseroan masih mempertimbangkan dan belum sampai pada keputusan final terkait pemangkasan karyawan tersebut.
Lebih lanjut, Veranita menyebut, AirAsia kini tengah berupaya menjalin kolaborasi dengan asosiasi dan pemerintah untuk bisa mendapatkan insentif khusus. Dia berharap agar pemerintah dapat memberikan kelonggaran atas biaya-biaya yang berkaitan dengan operasional dan sparepart pesawat. Termasuk salah satunya parkir bandara yang kini menjadi salah satu beban terberat perseroan.
“Kelonggaran biaya parkir bandara karena memang saat ini masih banyak pesawat kami yang belum beroperasi,” sambung dia.
Patut diakui, kondisi maskapai penerbangan memang saat ini sedang amat tertekan. AirAsia bahkan harus kehilangan 53% penumpangnya pada semester I 2020. Sebanyak 913 ribu penumpang lenyap dalam kurun waktu 6 bulan. Pun demikian dengan penumpang domestik yang bekurang 807 orang dalam periode yang sama.