<p>Garuda Maintenance Facility/Foto: good news for indonesia</p>
Industri

Rugi Rp1,4 triliun, Tagihan GMF Banyak yang Macet, Siapa Saja?

  • JAKARTA- Bisnis penerbangan yang memburuk akibat pandemi COVID-19 juga berdampak jelek terhadap bisnis reparasi dan perawatan pesawat. Inilah yang kini sedang dihadapi oleh PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF). Rapor merah tampak dari kinerja emiten ini selama paruh waktu 2020 ini. Tidak hanya pendapatan yang menurun dan angka kerugian yang membesar, tagihan kepada […]

Industri
Amirudin Zuhri

Amirudin Zuhri

Author

JAKARTA- Bisnis penerbangan yang memburuk akibat pandemi COVID-19 juga berdampak jelek terhadap bisnis reparasi dan perawatan pesawat. Inilah yang kini sedang dihadapi oleh PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF).

Rapor merah tampak dari kinerja emiten ini selama paruh waktu 2020 ini. Tidak hanya pendapatan yang menurun dan angka kerugian yang membesar, tagihan kepada pelanggan pun banyak yang macet.

Laporan keuangan yang dipublikasikan GMF melalui Bursa Efek Indonesia (GMF) mencatat, selama semester I 2020, perseroan yang menggunakan mata uang USD, memperoleh pendapatan sebesar US$159,23 juta dengan kerugian bersih senilai US$99,26 juta.

Jika diakumulasikan dalam rupiah, nilainya sekitar Rp 2,30 triliun dan Rp 1,43 triliun ( asumsi kursRp 14,500 per USD).

Dibandingkan periode sama tahun lalu? Jelas berbeda. Setahun kemarin, GMF masih bisa meraih pendapatan sebesar US$246,26 juta atau Rp 3,57 triliun. Nah, di paruh pertama 2019 itu GMF mampu mengantongi laba bersih US$7,18 juta atau sekitar Rp 104,11 miliar.

Selain order perawatan pesawat yang meredup lantaran banyak rute penerbangan terhenti akibat pandemi, masalah yang dihadapi GMF juga terkait sulitnya menagih piutang.

Bahkan di semester I 2020 ini GMF harus melakukan pencadangan terhadap turunnya piutang pihak ketiga hingga US$74,72 juta atau lebih dari Rp 1,08 triliun. Bandingkan dengan pencadangan sejenis di periode sama 2019 yang hanya US$17,11 juta atau sekitar Rp 248,09 miliar.

Tagihan Jumbo

Dari laporan keuangan GMF semester I 2020 terungkap, ada beberapa tagihan ke pelanggan di luar afiliasi yang nilainya jumbo. Yang terbesar berasal dari PT Sriwijaya Air senilai US$56,41 juta, naik daripada jumlah di paruh pertama 2019 senilai US$ 47,85 juta. Jika dirupiahkan nilainya kira-kira Rp 846,94 miliar dan Rp 693,82 miliar.

Piutang lain yang belum terbayar diantaranya ke CFM Internasional Inc US$22,64 juta, PT NAM Air US$9,44 juta dan Lion Mentari Airlines USD 6,36 juta.

Diluar piutang kepada pihak ketiga, GMF juga memiliki piutang kepada pihak afiliasinya, yaitu PT Garuda Indonesia dan Citilink. Nilainya di paruh pertama 2020 ini sekitar US$98,42 juta (Rp 1,42 triliun) meningkat dibandingkan semester I 2020 sebesar US$76,92 juta (Rp 1,11 triliun).