Industri

Rugi Rp309,7 Miliar, Tambang Milik Sudwikatmono Pilih Jaga Kas

  • Emiten tambang milik konglomerat Sudwikatmono PT Indika Energy Tbk. (INDY) berfokus menjaga kas dan optimalisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) di tengah pandemi COVID-19. Terlebih, kinerja keuangan perseroan cukup tertekan dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan Indika Energy turun 8,5% dari US$700,7 juta per kuartal I-2019 menjadi […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

Emiten tambang milik konglomerat Sudwikatmono PT Indika Energy Tbk. (INDY) berfokus menjaga kas dan optimalisasi belanja modal atau capital expenditure (capex) di tengah pandemi COVID-19. Terlebih, kinerja keuangan perseroan cukup tertekan dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan Indika Energy turun 8,5% dari US$700,7 juta per kuartal I-2019 menjadi US$641,5 juta atau setara dengan Rp9,45 triliun. Faktor utamanya adalah penurunan pendapatan PT Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar 8,2% dari US$409,9 juta menjadi US$376,4 juta.

“Penurunan pendapatan ini disebabkan pelemahan harga jual batubara menjadi US$43,0 per ton pada Q1-2020 dibandingkan US$45,7 per ton pada Q1-2019. Sementara itu, pendapatan PT Petrosea Tbk. (Petrosea) juga menurun sebesar 10,1% dari US$115,2 juta di Q1-2019 menjadi US$103,6 juta di Q1-2020,” ungkap Wakil Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy Azis Armand, dikutip Jumat, 29 Mei 2020.

Meski beban pokok kontrak dan penjualan ikut turun dari US$583,1 juta menjadi US$538,6 juta, Indika Energy harus menanggung kerugian senilai US$21,02 juta atau setara dengan Rp309,74 miliar dari periode sama tahun lalu untung Rp172,38 miliar.

Azis mengungkapkan, pandemi COVID-19 mengakibatkan pelemahan perekonomian global dan ikut berimbas pada sektor pertambangan. Meski demikian, Azis mengaku, perseroan dalam kondisi baik dan memiliki posisi keuangan yang sehat.

Posisi kas dan setara kas Indika Energy hingga akhir Maret 2020 mencapai US$728,2 juta. “Di tengah kondisi perekonomian dan industri yang menantang, prioritas kami adalah menjaga posisi kas dan optimalisasi belanja modal,” tutur Azis.

Sepanjang tiga bulan pertama tahun 2020, perseroan menggunakan belanja modal sebesar US$43,3 juta – yang sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan fuel storage di Kariangau, Kalimantan Timur, sebesar US$22,4 juta dan Petrosea sebanyak US$15,0 juta.

Perseroan juga mendiversifikasi portofolio bisnis – terutama dalam bidang yang sesuai dengan kompetensi Perseroan yaitu pertambangan. Hingga 5 Mei 2020, total kepemilikan perseroan secara langsung dan tidak langsung di Nusantara Resources Limited (Nusantara) sebesar 23,2%. Nusantara merupakan induk dari PT Masmindo Dwi Area yang memegang konsesi pertambangan emas proyek Awak Mas di Sulawesi Selatan.

Perseroan juga terus fokus menjaga efisiensi produksi dan mengendalikan biaya operasional. Sepanjang 3M-2020, Perseroan memproduksi 9,3 juta ton batubara yang terdiri dari Kideco yang menghasilkan 8,8 juta ton dan PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) yang memproduksi 500 ribu ton. Sepanjang 3M-2020, Perseroan mencatat Laba Kotor sebesar US$104,9 juta – menurun 10,8% dibandingkan US$117,6 juta di 3M-2019.

“Di tengah pandemi COVID-19, kami memprioritaskan kesehatan dan keselamatan pekerja di seluruh grup perusahaan dan tetap beroperasi untuk menjaga ketahanan energi nasional dengan tetap memperhatikan seluruh protokol kesehatan. Selain itu, kami juga melakukan rapid test dan PCR test untuk seluruh karyawan, serta membangun fasilitas kesehatan sementara di Jakarta dan berbagai lokasi proyek,” tutup Azis.

Awal Mei lalu, lembaga pemeringkat Moody’s Investors Service (Moody’s) mempertahankan peringkat grup Perseroan pada level Ba3, walaupun outlook-nya direvisi menjadi negatif karena tantangan di industri batubara yang semakin besar. Moody’s menegaskan afirmasi level Ba3 ini merupakan cerminan kondisi Perseroan yang memiliki saldo kas yang besar, bisnis yang terdiversifikasi, serta utang jangka pendek yang terkelola dengan baik.

Sepanjang tahun ini hingga Jumat, 29 Mei 2020, saham INDY sudah turun 46,44% dari posisi akhir 2019 Rp1.195 menjadi Rp640. Meski begitu, saham INDY berhasil bangkit dari level terendahnya Rp390 pada 19 Maret 2020.