<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Finansial

Rupiah Akhir Pekan Bakal Loyo Imbas Potensi Kenaikan Inflasi AS

  • Nilai kurs rupiah dibuka melemah 34 poin di posisi Rp15.020 per-dolar AS pada perdagangan Jumat, 21 Juli 2023

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Nilai kurs rupiah berpotensi melemah pada perdagangan hari ini, Jumat, 21 Juli 2023. Nilai tukar rupiah akhir pekan ini terkena dampak potensi kenaikan inflasi Amerika Serikat (AS) akibat pasar tenaga kerja yang kuat.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Jumat, 21 Juli 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 34 poin di posisi Rp15.020 per-dolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, Kamis, 20 Juli 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 11 poin di level Rp14.986 per-dolar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menilai bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS yang sudah berlangsung sejak beberapa waktu lalu bisa tertahan pada perdagangan hari ini.

Pasalnya, data klaim tunjangan pengangguran AS yang dirilis semalam mengindikasikan pasar tenaga kerja yang masih kuat dan memicu kenaikan inflasi.

Peluang The Fed Kerek Suku Bunga

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 9.000 menjadi 228.000 untuk pekan yang berakhir pada 15 Juli 2023.

Dengan demikian, peluang The Federal Reserve (The Fed) untuk mengerek suku bunga pun semakin besar karena adanya potensi inflasi untuk naik kembali.

Menurut data CME FedWatchTool, 99,8% pelaku pasar saat ini memprediksi The Fed akan mengerek suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%-5,5%.

Sebenarnya, aset berisiko seperti rupiah masih berpotensi menguat di tengah sentimen suku bunga The Fed karena bank sentral AS diperkirakan akan segera melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat karena inflasi yang kian menyusut dan mendekati target 2%.

Namun, dengan kondisi pasar tenaga kerja yang di luar ekspektasi, potensi The Fed untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneternya pun kembali tumbuh.

"Berbagai data terkini dari AS mengisyaratkan pasar tenaga kerja AS masih kuat dan bisa menaikkan inflasi. Kondisi ini memicu ekspektasi pasar bahwa The Fed mungkin tidak akan menurunkan kebijakan suku bunganya dalam waktu dekat," ujar Ariston kepada TrenAsia, Jumat, 21 Juli 2023.

Ariston pun mengatakan, saat ini pasar memang masih sensitif dengan perkembangan data ekonomi AS untuk mencari arah kebijakan moneter bank sentral AS selanjutnya.

Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.000 per-dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.950 per-dolar AS.