Ilustrasi Uang Rupiah
Makroekonomi

Rupiah Ambles, Cadangan Devisa Merosot demi Selamatkan Mata Uang Garuda

  • Secara kumulatif, jika dihitung dari awal tahun 2024, maka cadangan devisa sudah menyusut 6% dari US$146,4 miliar (Rp2,35 kuadriliun) atau setara dengan US$10,2 miliar (Rp163,7 triliun).

Makroekonomi

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Fadjar Majardi, mengumumkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada akhir April 2024 tetap tinggi, mencapai US$136,2 miliar atau setara dengan Rp2,18 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp16.054 per-dolar Amerika Serikat (AS). 

Angka tersebut mengindikasikan terjadinya penurunan dibandingkan dengan posisi pada akhir Maret 2024 yang mencapai US$140,4 miliar (Rp2,25 kuadriliun). Penurunan terjadi sebesar 2,9% atau setara dengan US$4,2 miliar (Rp67,4 triliun). 

Secara kumulatif, jika dihitung dari awal tahun 2024, maka cadangan devisa sudah menyusut 6% dari US$146,4 miliar (Rp2,35 kuadriliun) atau setara dengan US$10,2 miliar (Rp163,7 triliun).

Menurut Fadjar, penurunan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pembayaran utang luar negeri pemerintah, yang menjadi salah satu komponen yang menggerus cadangan devisa. 

Selain itu, kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah juga menjadi pertimbangan penting BI dalam mengelola cadangan devisa, terutama menghadapi peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global.

“Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh  pembayaran utang luar negeri Pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global,” papar Fadjar melalui keterangan di situs BI, Rabu, 8 Mei 2024.

Dengan jumlah sebesar US$136,2 miliar, cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. 

Baca Juga: Pelemahan Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Yen dan Won

Fadjar pun menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia juga jauh di atas standar kecukupan internasional yang biasanya sekitar 3 bulan impor.

Ia juga menyebutkan kepercayaan BI bahwa cadangan devisa yang cukup besar ini mampu memberikan dukungan yang kuat terhadap ketahanan sektor eksternal Indonesia. 

Selain itu, cadangan devisa yang tinggi juga merupakan salah satu instrumen penting dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan negara.

Dikatakan oleh Fadjar, dalam menghadapi masa depan, BI optimis bahwa cadangan devisa Indonesia akan tetap memadai. 

Hal ini didukung oleh stabilitas ekonomi nasional yang terjaga dengan baik, serta prospek pertumbuhan ekonomi yang positif. 

Sinergi antara kebijakan BI dan Pemerintah juga dianggap menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.