<p>Ilustrasi penyaluran kredit perbankan saat pandemi / Pixabay</p>
Industri

Rupiah Ambrol Terendah Sepanjang Sejarah, Nyaris Dekati Level Krisis 1998

  • Kurs rupiah di pasar spot, diperdagangkan pada rentang Rp15.975-Rp16.625 per dolar AS. Level tersebut menjadi rekor baru terlemah sejak 1998 yakni Rp16.650 per dolar AS.

Industri
Khoirul Anam

Khoirul Anam

Author

Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin, 23 Maret 2020, ambrol ke level Rp16.575 per dolar Amerika Serikat di pasar spot. Bahkan, kurs rupiah di pasar spot sempat nyaris menembus level terendah sepanjang sejarah yang pernah dicapai saat krisis ekonomi 1998.

Kurs rupiah di pasar spot, diperdagangkan pada rentang Rp15.975-Rp16.625 per dolar AS. Level tersebut menjadi rekor baru terlemah sejak 1998 yakni Rp16.650 per dolar AS.

Dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah melemah 615 poin atau 3,85% dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Bahkan, kurs rupiah telah anjlok 19,54% sejak awal tahun terhadap green back.

Dari data Bank Indonesia, kurs referensi Jakarta interbank spot dollar rate (Jisdor), tercatat rupiah berada di level Rp16.608 per dolar AS. Nilai tersebut melemah dari akhir pekan lalu Rp16.273 per dolar AS.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan faktor persepsi menjadi penyebab melemahnya nilai tukar yang berada di level terendah sejak tahun awal ini.

Enny memaparkan, faktor persepsi yang terjadi di tengah ancaman wabah virus corona (Covid-19) ini memicu ketidakpastian perekonomian global dan nasional.

“Persepsi terhadap ekonomi ke depan. Seperti apa, kira-kira orang menaruh kepercayaan pada ekonomi kita ke depan,” jelasnya kepada wartawan di Jakarta, Senin, 23 Maret 2020.

Akan tetapi, mantan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti ini menilai depresiasi saat krisis moneter 1997-1998 atau pada 2008-2009 terjadi lantaran faktor fundamental mata uang rupiah.

“Karena basisnya lebih dominan pada faktor fundamental. Faktor-faktor yang mempengaruhi bisa dikalkulasi dengan relatif tidak kompleks. Minimal masih terukurlah,” kata dia.

Dia juga mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini tidak dapat diprediksi ke depannya. Menurutnya, kualitas penanganan Covid-19 di Indonesia dapat memulihkan nilai tukar rupiah ke level yang lebih baik.

IHSG Tersungkur

Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut tersungkus seiring dengan anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada hari yang sama, IHSG ditutup ambrol 4,9% sebesar 205,43 poin ke level 3.989,52.

Penurunan IHSG membuat koreksi sejak awal tahun semakin dalam hingga 36,67% year-to-date (ytd). Ambrolnya IHSG terjadi lantaran tekanan dari seluruh sektor saham dengan koreksi terdalam pada industri kimia dasar yang turun 5,87%.

Kali ini, IHSG menembus level psikologis 4.000 dan sempat menyentuh angka terendah 3.975,19 seiring dengan kasus wabah Covid-19. Bursa saham sempat dihentikan sementara (trading halt) pada pukul 14.52 WIB lantaran anjlok lebih dari 5%.

Meski IHSG anjlok, investor asing justru membukukan aksi beli bersih alias net buy senilai Rp36,64 miliar. Capaian net buy investor asing itu membuat catatan jual bersih (net sell) menipis menjadi Rp10,2 triliun sejak awal tahun.

Saat bersamaan, bursa saham regional Asia ditutup bervariasi. Indeks Nikkei Jepang menguat 335 poin atau 2,02% ke 16.887,8, indeks Hang Seng Hong Kong melemah 1.109 poin atau 4,86% ke 21.696,1, dan indeks Straits Times Singapura melemah 176,76 poin atau 7,33% ke 2.233,98.

Hingga Senin, 23 Maret 2020, pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah 65 kasus, sehingga total sebanyak 579 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 30 orang dinyatakan sembuh dan 49 orang meninggal dunia. (SKO)