Rupiah Berpotensi Melemah Akibat Prediksi Suku Bunga The Fed Tetap Tinggi Sampai Akhir Tahun
- Menurut data perdagangan Bloomberg, Jumat, 23 Juni 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 52 poin di posisi Rp14.992 per-dolar AS.
Finansial
JAKARTA - Nilai kurs rupiah berpotensi melemah pada perdagangan hari ini, Jumat, 23 Juni 2023, karena bayang-bayang sentimen suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Federal Reserve (The Fed).
Menurut data perdagangan Bloomberg, Jumat, 23 Juni 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 52 poin di posisi Rp14.992 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Kamis, 22 Juni 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 12 poin di level Rp14.940 per-dolar AS.
- Amar Bank (AMAR) Tawarkan Kolaborasi Embedded Banking kepada Non-Bank
- Taylor Swift Punya Pendengar Terbanyak di Jakarta, Kenapa Emoh Konser di Indonesia?
- Andalkan Platform Tunaiku, Amar Bank Salurkan Kredit Rp682 Miliar per Kuartal I-2023
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, nilai kurs rupiah berpeluang melemah pada perdagangan hari ini karena pelaku pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed pada Juli 2023.
Ariston menyebutkan, menurut data CME FedWatchTool, 76,9% pelaku pasar memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 5,25%-5,5%.
Sementara itu, 23,1% pelaku pasar lainnya memandang bahwa The Fed masih akan menahan suku bunga acuan di level 5%-5,25%.
Sebelumnya, dalam rapat jajak pendapat di Kongres AS, Rabu, 22 Juni 2023 waktu setempat, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa suku bunga acuan bank sentral AS kemungkinan masih akan ada level yang tinggi dengan potensi dua kali kenaikan lagi.
Powell pun menegaskan bahwa The Fed belum melirik peluang untuk memangkas suku bunga. Padahal, saat baru memasuki tahun 2023, banyak pihak yang memprediksi bank sentral AS akan memangkas suku bunganya tahun ini.
Pemangkasan belum menjadi opsi bagi The Fed karena inflasi yang masih belum mencapai target, namun data pembangunan rumah baru untuk keluarga tunggal di AS yang angkanya cukup tinggi memberi ruang bagi bank sentral AS untuk mempertahankan kebijakan moneter yang ketat.
"Dari dalam negeri, fundamental ekonomi yang baik bisa menahan pelemahan rupiah," ujar Ariston kepada TrenAsia, Jumat, 23 Juni 2023.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.000 per-dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.930 per-dolar AS.
- Tersangka Baru Kasus BTS Kominfo Terungkap, Saham Emiten Milik Suami Puan (RAJA) Langsung ARB
- Korupsi BTS Menkominfo: Mencari Sinyal di Wilayah 3T
- Psikolog Ungkap 3 Cara Ampuh Perkuat Rasa Cinta ke Pasangan
Pada perdagangan kemarin, nilai kurs rupiah ditutup menguat setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,75%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai bahwa penguatan rupiah pada perdagangan hari ini didukung oleh keputusan BI dalam menahan suku bunga acuan di level 5,75% seperti yang diprediksi pelaku pasar.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2%-4% pada sisa tahun 2023 dan 2024.
Dalam kesempatan yang sama, Perry mengungkapkan bahwa pihaknya pun memandang masih adanya potensi bagi The Fed untuk mengerek suku bunga.
Tekanan inflasi yang masih tinggi di AS, terutama karena ketatnya pasar tenaga kerja di tengah kondisi ekonomi yang masih cukup baik, dan tekanan stabilitas sistem keuangan yang mulai memulih.
"Kebijakan moneter juga masih ketat di Eropa, dan di Jepang cenderung longgar," kata Perry dalam konferensi pers RDG BI yang ditayangkan secara virtual, Kamis, 22 Juni 2023.
Menurut Ibrahim, fokus kebijakan BI saat ini cukup tepat untuk mengarah kepada stabilitas nilai tukar rupiah.Pada gilirannya stabilitas ini dapat menjaga inflasi barang impor.
"Fokus kebijakan BI saat ini diarahkan pada stabilitas nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor atau imported inflation. Selain itu, pengendalian rupiah juga untuk memitigasi dampak rambatan dari ketidakpastian pasar keuangan global," ujar Ibrahim dikutip dari riset harian, Kamis, 22 Juni 2023.