Rupiah Digital Bisa Dibelanjakan di Metaverse? Begini Penjelasan BI
- Ia menuturkan bahwa rupiah digital pada dasarnya adalah alat pembayaran sah seperti uang kertas, namun dalam bentuk digital.
Fintech
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa rupiah digital nantinya bisa digunakan untuk berbelanja di dunia virtual metaverse.
Hal itu diungkapkan Perry dalam acara talkshow Rangkaian BIRAMA: Meniti Jalan Menuju Rupiah Digital yang ditayangkan secara virtual, Senin, 5 Desember 2022.
Ia menuturkan rupiah digital pada dasarnya adalah alat pembayaran sah seperti uang kertas, namun dalam bentuk digital.
- Menteri Erick: PGE dan PHE Bakal IPO di 2023
- Koperasi dan Kripto Mau Diawasi OJK, Ini Pandangan Ekonom Bank Permata
- UMP Naik Tak Tingkatkan Risiko PHK, Asal Produksi Ikut Moncer
Salah satu keunggulan dari rupiah digital ini adalah kegunaannya yang bisa dimanfaatkan untuk bertransaksi di metaverse.
"Rupiah digital bisa untuk beli sepatu, beli rumah, mobil, dan untuk beli barang di metaverse. Bedanya dengan uang kertas, saat ini itu tidak bisa digunakan untuk membeli di metaverse," ujar Perry.
Perry menjelaskan, sama seperti uang fiat, rupiah digital pun memiliki fitur-fitur seperti foto pahlawan, kekayaan alam, dan kesenian Indonesia. Bedanya, fitur-fitur ini dibuat dari kode terenkripsi yang dirancang oleh tim khusus dari pihak BI.
- Pesawat Orion NASA Memecahkan Rekor Penerbangan Terjauh dari Bumi
- 6 Bank Digital Pemilik Aset Terbesar di Indonesia pada 2022
- Trik Rahasia Sembunyikan Chat di WhatsApp Tanpa Takut Ketahuan, Ini Caranya
Perry mengumumkan ada tiga alasan yang mendorong BI untuk merilis rupiah digital, yang pertama adalah karena BI merupakan satu-satunya institusi yang berwenenang untuk merilis mata uang digital sebagai alat transaksi resmi.
Kemudian, alasan yang kedua berkaitan dengan upaya BI untuk memberikan layanan sesuai demografi yang tengah berkembang di dalam negeri saat ini.
Berhubung masyarakat saat ini didominasi oleh generasi milenial yang sudah lebih beradaptasi dengan instrumen digital, BI pun berusaha beradaptasi dengan merilis mata uang yang nonfisik yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
Alasan ketiga adalah untuk mendorong kemudahan dalam melakukan kerja sama internasional yang pada gilirannya dapat turut memperkuat inklusi keuangan.