Ilustrasi orang membawa uang ratusan ribu rupiah di tangannya. (pexels/ahsanjaya)
Makroekonomi

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp16.046 per Dolar AS

  • Nilai tukar rupiah melemah sebesar 20 poin atau 0,13%, menjadi Rp 16.046 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pada Selasa sore, 7 Mei 2024.

Makroekonomi

Distika Safara Setianda

JAKARTA - Nilai tukar rupiah melemah sebesar 20 poin atau 0,13%, menjadi Rp 16.046 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pada Selasa, 7 Mei 2024.

Pagi tadi, rupiah sempat menguat ke Rp16.026 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga mencatat penurunan ke level Rp 16.054 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.025 per dolar AS.

Di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS pada sore ini. Rupiah mencatat pelemahan terdalam yaitu sekitar 0,13%, disusul dolar Singapura yang melemah 0,12%, yuan China melemah 0,08%, yen Jepang melemah 0,07%, selain itu ada juga won Korea melemah 0,06%, serta dolar Taiwan melemah 0,06%.

Adapun, Baht Thailand melemah 0,05%, pesso Filipina melemah 0,02%, dolar Hong Kong melemah 0,01% dan rupee India melemah 0,005% terhadap dolar AS. Sementara itu, ringgit Malaysia menjadi satu-satunya mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS sore ini dengan penguatan 0,03%.

Menurut Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi, pasar pekan ini masih fokus terhadap komentar dari para pejabat bank sentral AS, The Fed mengenai jalur suku bunga.

“Terutama setelah data nonfarm payrolls (NFP) yang lebih lemah dari perkiraan membuat para pedagang sekali lagi mulai memperkirakan penurunan suku bunga oleh bank sentral,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, pada Selasa, 7 Mei 2024.

Sementara itu, The Fed Richmond Thomas Barkin dan Presiden Fed New York John Williams, menyatakan bahwa tingkat suku bunga saat ini telah mencapai tingkat yang sesuai, membawa inflasi ke target 2%, sehingga tidak perlu dinaikkan kembali.

Alasan mereka memberikan pernyataan tersebut didasari data PMI (Purchasing Managers’ Index) Manufaktur ISM AS pada April 2024 yang hanya mencapai angka aktual 49,2, lebih rendah dari perkiraan sebesar 50,0 atau dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 50,3.

Begitu pun dengan data NFP bulan April 2024 yang hanya mencapai angka aktual 175 ribu, lebih rendah dari dugaan sebesar 238 ribu atau dibandingkan bulan sebelumnya sebanyak 315 ribu.

Rupiah berpotensi untuk menguat karena beberapa faktor. Pertama, pernyataan dovish dari pejabat The Fed yang tidak ada data ekonomi penting dari dalam atau luar negeri yang bisa berdampak besar terhadap nilai tukar rupiah.

Menurut Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, optimisme pasar terhadap proyeksi penurunan suku bunga oleh The Fed pada September 2024 bisa memperkuat posisi rupiah.

“Optimisme pasar akan berlangsung lama mengingat pasar tenaga kerja AS sudah tidak seketat dibanding tahun lalu karena ekonomi AS mulai soft landing tahun ini akibat kebijakan suku bunga tinggi oleh The Fed,” ujar dia.

Selain itu, data pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I 2024 yang lebih tinggi dari kuartal sebelumnya juga menambah euforia di kalangan pelaku pasar.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tinggi merefleksikan ekonomi Indonesia yang tidak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi global dan masih kuatnya daya beli masyarakat dengan tingkat konsumsi masyarakat yang masih tinggi,” papar Rully.