<p>Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Finansial

Rupiah Menguat 3,13 Persen Sejak Awal Tahun, Diprediksi Terus Perkasa Terhadap Dolar AS

  • Penguatan nilai tukar rupiah melampaui mata uang di tingkat regional seperti peso, rupee, dan baht.

Finansial

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Nilai kurs rupiah menguat 3,13% sejak awal tahun hingga 28 Juli 2023 atau secara year-to-date (ytd), dan diperkirakan akan semakin menguat.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Triwulan II-2023 yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa, 1 Agustus 2023.

Disampaikan oleh Sri Mulyani, penguatan rupiah secara ytd lebih kuat dibandingkan dengan pertumbuhan Peso Filipina yang menguat 1,55%, Rupee India 0,57%, dan Baht Thailand 0,28%.

"Ke depan, dengan akan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat ditopang oleh indikator fundamental ekonomi yang kuat," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers.

Selain indikator fundamental ekonomi yang kuat, penguatan mata uang Garuda pun dikatakan Menkeu didukung oleh imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik. Kemudian, dampak positif dari implementasi Peraturan Pemerintah (PP) 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor.

Selain itu, persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia pun menguat. Hal ini tercermin dari peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat R&I dari stabil menjadi positif dengan level tetap terjaga pada BBB+.

Indikator Makro Ekonomi

Stabilnya nilai tukar pun dikatkan oleh Sri Mulyani menjadi salah satu faktor yang mendorong inflasi untuk kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari perkiraan.

Inflasi indeks harga konsumen (IHK) turun dari 4,97% secara year-on-year (yoy) pada kuartal I-2023 menjadi 3,52% pada triwulan II-2023, sedangkan inflasi inti terus menyusut ke level 2,58% yoy.

Selain dipengaruhi oleh stabilitas nilai tukar, perlambatan inflasi pun dipengaruhi oleh turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food, dan terkendalinya ekspektasi inflasi.

"Selain itu, inflasi kelompok administered prices menurun menjadi 9,21% yoy seiring dengan pengelolaan harga energi domestik yang baik," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani pun menyampaikan, perekonomian kuartal II-2023 diperkirakan masih tumbuh kuat karena ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur, yang mana purchasing manager index (PMI) manufaktur meningkat ke level 53,3 pada Juli 2023, naik dari 52,5 pada bulan sebelumnya.

Walaupun investasi bangunan masih relatif tertahan, namun investasi nonbangunan masih terindikasi bisa berekspansi.

"Hal ini sejalan dengan kinerja ekspor yang positif dan berlanjutnya hilirisasi," ujar Sri Mulyani.

Menurut keterangan Sri Mulyani, berdasarkan lapangan usahanya, pertumbuhan ekonomi Indonesia terutama ditopang oleh industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta informasi dan komunikasi.

Secara spasial, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh pertumbuhan wilayah Kalimantan dan Jawa yang masih kuat sejalan dengan terjaganya permmintaan domestik.

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2023 diperkirakan dapat mencapai kisaran 5%-5,3%," papar Sri Mulyani.