<p>Karyawan menghitung mata uang Rupiah di salah satu tempat penukaran uang atau Money Changer di kawasan Melawai, Jakarta, Senin, 9 November 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Makroekonomi

Rupiah Terus Melemah, Memori Kelam 1998 Membayangi

  • Pada pengamatan terakhir pukul WIB, 17.19 rupiah tercatat melemah hingga Rp16.430, per dolar AS. Nilai tersebut mulai mendekati rekor 17 Juni 1998, di mana nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.800 per Dolar AS.

Makroekonomi

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus berlanjut dinilai sebagai hal yang lumrah oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. 

Penyebab utama dari kondisi ini adalah perekonomian AS yang kian membaik, yang turut mendorong penguatan mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia lainnya. 

“Kita monitor saja dinamika atau fluktuasi berbagai mata uang dunia (currency),  US dollar menguat, karena ekonomi Amerika membaik,”  terang Airlangga di Jakarta.

Pada pengamatan terakhir pukul  WIB, 17.19 rupiah tercatat melemah hingga Rp16.430 per dolar AS. Nilai tersebut mulai mendekati rekor 17 Juni 1998, di mana nilai tukar rupiah mencapai Rp 16.800 per dolar AS. 

Pemerintah menyatakan akan terus memantau dinamika pergerakan nilai tukar rupiah. Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter juga berkomitmen untuk melakukan pemantauan harian terhadap fluktuasi rupiah. 

Meski demikian, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate pada level 6,25 persen.

Sebelumnya, pengamat pasar uang memprediksikan BI akan menaikkan suku bunga guna mengendalikan pelemahan rupiah. 

Namun, kenaikan suku bunga diprediksi hanya akan sedikit meredam pelemahan mata uang dalam negeri mengingat sentimen penguatan dolar AS yang masih kuat.

Potensi pelemahan rupiah menuju Rp16.450 per dolar AS masih terbuka dengan level support di kisaran Rp16.350 per dolar AS.

Pemerintah dan Bank Indonesia terus berusaha untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan global yang terus meningkat. 

Sementara itu, para pelaku pasar diharapkan tetap tenang dan bijak dalam menyikapi perkembangan ini.

Mau Cetak Rekor Lagi?

Kejatuhan nilai tukar pada tanggal 17 Juni 1998 mencerminkan salah satu periode paling kritis dalam sejarah ekonomi Indonesia, di mana krisis moneter Asia mengakibatkan guncangan besar pada stabilitas ekonomi dan politik Indonesia.

Kini, nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan, hampir menyentuh rekor terendah yang pernah terjadi pada tahun 1998. Hal tersebut tentu menciptakan kekhawatiran baru di tengah tantangan ekonomi global yang kompleks.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. 

Berikut beberapa bahaya yang mungkin timbul akibat melemahnya rupiah. 

Inflasi

Pelemahan rupiah dapat meningkatkan harga barang impor, termasuk bahan baku dan barang konsumsi. 

Hal ini bisa memicu inflasi, yang berdampak pada daya beli masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa dapat menekan kesejahteraan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Beban Utang Luar Negeri

Indonesia memiliki utang luar negeri yang cukup besar. Ketika rupiah melemah, biaya untuk membayar utang dalam denominasi dolar meningkat.

Hal tersebut bisa meningkatkan beban anggaran pemerintah dan sektor swasta, yang pada gilirannya bisa memperlambat investasi dan pertumbuhan ekonomi.

Defisit Neraca Perdagangan

Pelemahan rupiah membuat barang-barang impor menjadi lebih mahal, yang bisa memperlebar defisit neraca perdagangan jika impor tetap tinggi. 

Disisi lain, ekspor bisa meningkat karena produk Indonesia menjadi lebih kompetitif dari sisi harga, ketergantungan pada impor untuk bahan baku dan barang modal dapat menghambat sektor manufaktur.

Tekanan pada Cadangan Devisa

Pelemahan rupiah memaksa Bank Indonesia untuk menggunakan cadangan devisa untuk menstabilkan rupiah. 

Penggunaan cadangan devisa yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan negara dalam menghadapi krisis ekonomi di masa depan dan bisa menurunkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.

Penurunan Kepercayaan Investor

Melemahnya rupiah bisa mengurangi kepercayaan investor asing terhadap perekonomian Indonesia. 

Hal tersebut bisa menyebabkan arus keluar modal dan penurunan investasi asing yang penting untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 

Investor mungkin juga akan meminta imbal hasil yang lebih tinggi untuk risiko yang lebih besar, sehingga meningkatkan biaya pendanaan bagi perusahaan Indonesia.