Kantor Bank Harda International(Allo Bank) / Bankbhi.co.id
Korporasi

RUPSLB Setujui Rights Issue, Allo Bank Milik Chairul Tanjung Berpeluang Tarik Dana Rp50 Triliun

  • PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), telah mendapat persetujuan rights issue dari pemegang saham.
Korporasi
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Emiten milik konglomerat Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), telah mendapat persetujuan rights issue dari pemegang saham. Restu itu turun usai Allo Bank menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 15 Oktober 2021.

Sebanyak 99,99% pemegang saham Bank Allo menyatakan setuju aksi penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dilakukan. BBHI akan melepas paling banyak 11 milar lembar saham baru dengan nilai nominal Rp100 per lembar.

Dalam rapat tersebut, pemegang saham menyerahkan penentuan harga pelaksanaan saham rights issue kepada direksi dan manajemen Allo Bank. Bila mengacu pada harga saham BBHI di bursa pada Senin, 18 Oktober 2021 pukul 13.32 sebesar Rp4.610, maka perseroan bisa meraup dana jumbo Rp50,70 triliun. 

Pada aksi korporasi ini, PT Mega Corpora sebagai pemegang saham pengendali (PSP) di Allo Bank memiliki opsi untuk mengalihkan sebagian atau sepenuhnya saham baru yang diterbitkan dalam rights issue tersebut. 

Untuk diketahui, Chairul Tanjung melalui Mega Corpora kini menggenggam 73,71% saham emiten yang dahulu bernama Bank Harda Internasional tersebut. Dengan demikian, total saham BBHI yang beredar pun melejit usai rights issue ini terlaksana.

“Menyetujui peningkatan Modal Dasar Perseroan dari semula sebanyak 16.000.000.000 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp.1.600.000.000.000,-menjadi sebanyak 40.000.000.000 (empat puluh miliar) lembar saham,” ucap manajemen BBHI dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin, 18 Oktober 2021.

Sementara itu, BBHI diketahui tengah mengalami penurunan kinerja keuangan. penurunan kinerja pada semester I-2021. Bank yang dicaplok taipan Chairul Tanjung ini mengalami kemerosotan laba bersih hingga 30,25% year on year (yoy).

Laba bersih BBHI merosot menjadi Rp22,92 miliar pada semester I-2021 dari sebelumnya Rp32,86 miliar atau sekitar Rp9.94 miliar pada semester I-2020.

Hal ini berakibat pada laba per saham (earning per share/EPS) BBHI yang terkorelasi dari Rp15,71 pada semester I-2020 menjadi Rp10,96 per lembar pada semester I-2021. Padahal, pendapatan BBHI mengalami peningkatan pesat pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan bunga BBHI melesat double digit hingga 42,46% yoy dari Rp89,61 miliar menjadi Rp127,66 miliar pada peruh pertama tahun ini.

Lebih rinci, penerimaan ini terdiri dari pendapatan kredit Rp52,70 miliar, penempatan pada Bank Indonesia (BI) Rp1,31 miliar, pendapatan efek-efek Rp73,59 miliar, dan penempatan pada bank lain Rp53,06 miliar.

Setelah dikurangi beban bunga sebesar Rp74,19 miliar, pendapatan bunga bersih yang dicetak BBHI pada semester I-2021 ini mencapai Rp53,47 miliar. Realisasi itu lebih tinggi dibandingkan capaian pada semester I-2020 yang hanya menembus Rp29,58 miliar.

Selain itu, BBHI juga mendapat pendapatan operasional lainnya sebesar Rp1,93 miliar. Realisasi ini turun 24% yoy dari capaian semester I-2020 yang sebesar Rp2,40 miliar.

Di sisi lan, BBHI mengalami lonjakan pada dua pos laporan, yakni aset dan liabilitas.  Hal ini disebabkan adanya aksi korporasi penempatan deposito di perusahaan pemegang saham pengendali BBHI, yakni PT Mega Corpora.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), BBHI tercatat melakukan pembelian surat berharga sebesar Rp1,83 triliun. Surat berharga itu terdiri dari deposito senilai Rp750 miliar yang nantinya bakal dikonversi menjadi modal usai mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Selain itu, ada pula surat berharga repo sebesar yang dibeli BBHI sebesar Rp1,22 triliun. Nilai aset BBHI meleset 63,23% year to date (ytd)  dari Rp2,58 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp4,22 triliun pada akhir Juni 2021. 

Aksi korporasi ini membuat total aset BBHI membengkak hingga hingga 63,23% . Nilai aset Allo Bank merangkak dari Rp2,58 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp4,22 triliun pada akhir Juni 2021. 

Selain mempengaruhi perolehan aset, Secara beriringan, total liabilitas BBHI juga meroket 72,72% dari Rp2,23 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp3,86 triliun pada akhir Juni 2021.

Meski kinerja keuangan mengalami penurunan, saham BBHI tergolong atraktif di bursa. Hal ini tercermin dari harga saham BBHI yang telah menguat 2829,8%  ytd.