Rusia Diprediksi Bakal Bernasib Sama Seperti Uni Soviet, Berikut Analisisnya
- Analis politik sekaligus penulis asal AS, Janusz Bugajski mengatakan bahwa dalam waktu dekat, Rusia akan mengalami kehancuran sama seperti Uni Soviet. Ia mengatakan bahwa saat ini Negeri Beruang merah dalam kondisi yang tak stabil.
Dunia
JAKARTA - Analis politik sekaligus penulis asal AS, Janusz Bugajski mengatakan bahwa dalam waktu dekat, Rusia akan mengalami kehancuran sama seperti Uni Soviet. Ia mengatakan bahwa saat ini Negeri Beruang merah dalam kondisi yang tak stabil.
Bugajski mengatakan bahwa fondasi Rusia saat ini dalam kondisi rapuh meki pemerintah meyakinkan warganya dan dunia mengenai kekuatan mereka. Ia menambahkan bahwa Rusia saat ini tengah mengalami banyak masalah Internal yang memicu guncangan besar di negara itu.
Adapun masalah yang mengakibatkan guncangan meiputi penurunan ekonomi, pengetatan anggaran, rezim personalistik tanpa garis suksesi, serta kekalahan militer yang tinggi di Ukraina.
Bugajski menilai masalah-masalah tersebut bakal memicu konflik di antara elit. Termasuk antara pemerintah pusat dan sejumlah besar republik dan wilayah Rusia.
"Kita sudah melihat tanda-tanda konflik antara lembaga-lembaga kekuasaan yang berbeda, kematian misterius lebih dari selusin oligarki, dan seringnya operasi bersih-bersih kepemimpinan militer," kata Bugajski seperti dikutip TrenAsia.com dari Kyiv Post, Senin, 8 Mei 2023.
Saat ditanya mengenai peluang Presiden Vladimir Putin kehilangan kendali atas Rusia,
Bugajski lantas menjawab bahwa cengkeraman Putin bakal melemah secara signifikan seiring dengan kerugian teritorial di Ukraina yang tak bisa disembunyikan.
- Alan Walker Siap Hentak Jakarta di Formula E Juni 2023
- Ditutup Dua Hari Lagi, Ini Posisi yang Dibuka Bank Indonesia di Rekrutmen Jalur Pro Hire
- Cadangan Devisa Indonesia Menurun, Nilai Kurs Rupiah Ditutup Melemah
Ia menambahkan, penurunan drastis layanan pemerintah seperti yang diproyeksikan selama setahun mendatang juga menurutnya bakal melemahkan kekuatan Putin. Padahal, selama ini Putin dikenal memiliki pemahaman yang kuat atas seluruh aspek kenegaraan Rusia.
"Perpecahan bakal dipercepat setelah Putin berakhir atau digulingkan karena perebutan kekuasaan internal meningkat. Beberapa pemimpin regional bakal melihat peluang untuk membentuk negara-negara baru yang mirip dengan apa yang terjadi selama runtuhnya Uni Soviet," kata Bugajski.
Lebih lanjut, Bugajski mengatakan bahwa sejumlah wilayah-wilayah regional bakal mendeklarasikan kedaulatan dan kemerdekaannya setelah Rusia benar-benar runtuh sama halnya seperti negara pecahan Uni Soviet pada akhir perang dingin meski Rusia berupaya menahannya.
"Moskow akan mencoba mempertahankan daerah penghasil energi dan bahan baku yang lebih kaya di negara yang ada, namun beberapa aktor politik bakal melihat ini sebagai basis yang berharga untuk mendirikna negara-negara merdeka," ucapnya.
Lebih lanjut, Bugajski juga menyebut bahwa kekuatan militer Rusia yang saat ini masih sangat besar tak akan mampu meredam upaya pemberontakan dan kemerdekaan wilayah-wilayah tersebut.
- 5 Alasan Mengapa Anda Merasa Bersalah Saat Istirahat dan Bersantai
- Kamboja Gratiskan Semua Tiket Pertandingan SEA Games 2023
- Volvo Ancang-ancang PHK Ribuan Karyawan Secara Global
Pasalnya, para prajurit dan aparat yang sudah merasakan pahitnya bertugas di Ukraina akan menyimpan banyak keluhan terhadap rezim Putin. Yang terjadi selanjutnya ialah perekrutan militer akan dibuka untuk milisi republik dan regional yang independen.
Sementara itu, Bugajski juga menilai pecahnya Rusia ini bisa memperkuat upaya Ukraina menjadi anggota NATO dan mempercepat jalan negara itu bergabung dengan Uni Eropa.
Terlepas dari prediksi Bujagski, belakangan ini, Rusia memang mengalami gonjang-ganjing internal. Terlebih setelah setelah pasukan Kremlin terus dilaporkan mengalami kegagalan di Ukraina.
Karenanya, pasukan militer negara dan pasukan swasta lantas saling melempar kritik karena hal tersebut.
Tak sampai di situ, pasukan swasta yakni Wagner Group bahkan baru-baru ini mengancam akan menarik pasukan dari Bakhmut, Ukraina, karena tak kunjung diberikan amunisi tambahan ke garis depan perang tersebut. Padahal kondisi pasukan di medan perang sudah sangat mengenaskan.
Sejumlah tentara Rusia bahkan pernah mengaku bahwa mereka dikerahkan ke Ukraina hanya untuk mati lantaran tak dibekali persiapan dan senjata yang memadai.
Kendati begitu, pemerintah Rusia akhirnya berjanji bakal mengirimkan pasokan senjata kepada Wagner. Wagner pun menyatakan bakal melanjutkan perang demi Rusia di salah satu lokasi yang menjadi titik nyala peperangan tersebut.