Rusia Habiskan Rp80 Miliar Per Jam untuk Perang
- Kementerian Keuangan negara tersebut dari Januari hingga April, Rusia menghabiskan total 1,681 triliun rubel atau sekitar Rp385 triliun untuk biaya militer.
Nasional
MOSKOW- Anggaran pertahanan Rusia membengkak setelah melakukan serangan ke tetangganya Ukraina. Kementerian Keuangan negara tersebut dari Januari hingga April, Rusia menghabiskan total 1,681 triliun rubel atau sekitar Rp385 triliun untuk biaya militer.
Mengutip data yang dirilis Kementerian Keuangan Rusia The Moskow Times melaporkan Rabu 18 Mei 2022, pengeluaran pertahanan Rusia pada bulan Februari mencapai 369 miliar rubel. Meningkat dari 233,7 miliar pada Januari. Jumlah tersebut kembali naik menjadi 450 miliar rubel pada Maret.
April sejauh ini merupakan bulan paling mahal dengan 628 miliar rubel dihabiskan untuk pertahanan. Ini berarti sekitar 21 miliar rubel atau sekitar 4,8 triliun per per harinya. Atau rata-rata sekitar Rp80 miliar per jamnya. Meski seluruh anggaran tidak untuk perang, tetapi hampir pasti sebagian digunakan untuk misi tersebut.
- Dari Ekspor EBT hingga Chandrika Chika, Inilah 9 Isu Trending Hari Ini 19 Mei 2022
- Komisaris Independen Kalbe Farma (KLBF) Lucky Surjadi Mengundurkan Diri, RUPST Digelar Hari Ini
- Tentara Ukraina Mulai Menyerah Hadapi Rusia
“Anggaran pertahanan Rusia ini tiga kali lipat dari jumlah yang dibelanjakan untuk pendidikan, lebih dari dua kali lipat jumlah yang dibelanjakan untuk kesehatan dan 10 kali lipat jumlah yang dihabiskan untuk konservasi dan pengelolaan lingkungan,” tulis Moskow Times. Untuk gambaran dana Rp4,5 triliun yang dihabiskan setiap hari pada bulan April itu jauh melebihi APBD banyak provinsi di Indonesia selama satu tahun.
Laporan yang merinci biaya perang yang tinggi muncul saat pasukan militer Rusia masih harus berjuang keras untuk mencapai tujuannya menguasai seluruh Donbas. Target terbaru setelah sebelumnya serangan Rusia menyasar ke Ibukota Kyiv.
Dengan sanksi dan embargo minyak yang sangat merugikan ekonomi Rusia, Menteri Keuangan Anton Siluanov pada akhir April mengatakan bahwa anggaran negara telah berubah dari surplus menjadi defisit yang diproyeksikan sebesar 1,6 triliun rubel.
Dia juga mengatakan National Wealth Fund (NWF) negara itu akan digunakan sebagai sumber utama untuk membiayai defisit anggaran. Namun Rusia meyakini masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi hingga 3 persen. Meski ini turun dari tahun lalu yang mencapai 5 persen.
Berlarut-larut
Operasi militer Rusia di Ukraina harus diakui memang berjalan jauh dari rencana. Harus diingat saat awal serangan Rusia meyakini bisa menyelesaikan tujuannya dalam waktu tiga hari. Selama waktu itu artinya Moskow bisa mencapai tujuan yang ditetapkan seperti denasifikasi, demiliteresasi dan netralitas abadi Ukraina.
Tetapi faktanya jauh dari itu. Ukraina mampu bertahan dari serangan cepat dan menahan gerak maju pasukan Rusia. Kemampuan ini memberi waktu barat untuk melakukan konsolidasi dan menanggapi serangan Rusia. Akhirnya sanksi keras dijatuhkan ke Moskow dan bantuan senjata dengan cepat mengalir ke Ukraina.
- Siap-siap! Sebentar Lagi Tol Taba Penanjung - Bengkulu Dioperasikan, Waktu Tempuh Cuma 15 Menit
- Aset Kripto Terra (LUNA) Turun Nyaris 100 Persen dalam Sehari dan Seminggu Terakhir, Apa yang Terjadi?
- Jalur Pansela Terus Tersambung, Arah Jladri - Tambakmulyo Selesai Dibangun
Ini menjadikan Rusia berada dalam posisi yang sulit. Serangan besar-besaran dan pengepungan tetap tidak menjadikan Ibukota Kyiv bisa ditundukkan. Pada April Rusia akhirnya menarik mundur pasukannya dari sekitar Ibukota untuk lebih fokus pada daerah Donbas di Ukraina Timur.
Namun hingga pertengahan Mei 2022, Rusia masih belum bisa menguasai dua daerah utama yakni Donetsk dan Luhanks. Bahkan mereka juga harus mundur dari Kharkiv. Kota terbesar kedua di Ukraina.
Pencapaian terakhir dari Rusia adalah keherbasilan menguasai Mariupol sepenuhnya setelah pasukan Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal menyerah. Kota ini telah menjadi target sejak operasi digelar.
Perang di Ukraina kemungkinan masih panjang. Terlebih pembicaraan damai antara kedua pihak dilaporkan berhenti total. Perang yang berlarut-larut tidak hanya akan menjadikan ekonomi Rusia dan Ukraina berantakan tetapi juga dunia. Bahkan PBB mengingatkan ancaman kelaparan global akibat perang.