Rusia Mulai Tembakkan Rudal Korea Utara
- Pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan bahwa Kremlin telah semakin bergantung pada Korea Utara dan Iran untuk mendapatkan senjata untuk melanjutkan perangnya di Ukraina
Dunia
WASHINGTON- Rusia dikatakan telah mulai menggunakan rudal balistik yang didapat dari Korea Utara. Moskow juga disebut terus mencari senjata sejenis dari Iran.
Penggunaan rudal balistik Korea Utara untuk menyerang Ukraina disampaikan Amerika Serikat Kamis 4 Januari 2024. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan data intelijen baru-baru menemukan, Korea Utara telah memberikan senjata tersebut kepada Moskow. Setidaknya satu di antaranya ditembakkan ke Ukraina pada 30 Desember dan mendarat di lapangan terbuka di wilayah Zaporizhia. “Rusia juga meluncurkan beberapa rudal Korea Utara pada serangan Selasa 3 Januari malam,” katanya.
Kirby juga mengatakan kesepakatan Rusia-Iran belum selesai. Namun Amerika khawatir negosiasi Rusia untuk memperoleh rudal balistik jarak dekat dari Iran mengalami kemajuan aktif. “Washington dan sekutu-sekutu kami kini akan mengangkat masalah ini ke Dewan Keamanan PBB. Hal tersebut karena menandakan pelanggaran sanksi terhadap Korea Utara,” tambah Kirby.
- Naik 10 Persen, Jumlah Penumpang Pesawat Tembus 3,7 Juta saat Nataru Tahun Ini
- Emiten Udang (PMMP) Gelar Private Placement Rp79,06 Miliar, Saham Kaesang Terdilusi Segini
- Reshuffle Manajemen Pelindo, Erick Thohir Cabut Muchtar Luthfi Mutty dari Dewan Komisaris
Gedung Putih menyebut menyebut rudal balistik ini merupakan transaksi dimana Korea Utara akan menerima sejumlah teknologi sebagai imbalannya. Di antaranya adalah pesawat tempur , rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, dan transfer material serta teknologi lainnya.
Pemerintahan Biden telah berulang kali menyatakan bahwa Kremlin telah semakin bergantung pada Korea Utara dan Iran untuk mendapatkan senjata untuk melanjutkan perangnya di Ukraina. Dan Gedung Putih telah mengungkapkan temuan yang dikatakannya membuktikan hal tersebut. Pada bulan Oktober, Gedung Putih mengatakan Korea Utara telah mengirimkan lebih dari 1.000 kontainer peralatan militer dan amunisi ke Moskow.
Inggris pada hari Kamis mengutuk penggunaan rudal Korea Utara oleh Rusia dalam serangan baru-baru ini terhadap Ukraina. Kementerian Luar Neger negara tersebut mendesak Korea Utara untuk menghentikan pasokan senjatanya ke Rusia.
Mengenai rudal balistik Korea Utara yang diterima Rusia, Kirby tidak menyebutkan jenis apa pun. Namun dia mengatakan rudal tersebut memiliki jangkauan maksimum sekitar 900 kilometer. Grafik yang ditampilkan Kirby juga mencakup gambar peluncuran rudal Korea Utara yang dikenal di Barat sebagai KN-23 dan KN-24 . Perkiraan publik mengenai jangkauan maksimum rudal ini masing-masing adalah sekitar 700 dan 400 kilometer.
Pihak berwenang Ukraina sebelumnya belum pernah menyebutkan penggunaan rudal balistik Korea Utara oleh Rusia. Angkatan Udara Ukraina mengatakan bahwa Rusia telah menggunakan banyak senjata dengan lintasan balistik sejak 30 Desember. Mereka mengklaim telah mencegat beberapa di antaranya. Laporan-laporan ini menyebutkan rudal balistik jarak pendek Iskander-M yang diluncurkan dari darat dan rudal balistik jarak pendek Kinzhal yang diluncurkan dari udara. Kinzhal seperti diketahui juga keturunan dari rudal Iskander-M.
KN-23 Korea Utara memiliki penampilan luar yang sangat mirip dengan Iskander-M dan juga Kinhzal. Dan diyakini memiliki jangkauan dan kinerja keseluruhan yang mirip . Mungkin sulit untuk membedakan keduanya pada tahap terminal penerbangan. Sementtara KN-24 secara visual lebih mirip dengan rudal balistik jarak pendek Army Tactical Missile Systems (ATACMS). Rudal yang dikirim Amerika ke Ukraina.
Apa pun masalahnya, masuknya rudal balistik jarak pendek Korea Utara ke tangan Rusia bisa menjadi masalah besar bagi Ukraina di berbagai tingkatan. Salah satu alasannya adalah adanya laporan yang konsisten zpersenjataan rudal balistik taktis seperti Iskander-M Rusia telah berkurang hingga tingkat minimum sejak invasi besar-besaran ke Ukraina dimulai pada Februari 2022. Korea Utara menyediakan sumber senjata serupa untuk membantu mengisi kembali persediaan senjata tersebut dengan relatif cepat.