Rusia Tak Izinkan Akses ke Atap Reaktor Nuklir Zaporizhzhia
- Ukraina mencurigai ada bahan peledak yang dipasang Moskow di reaktor nuklir mereka yang kini dikuasai Rusia tersebut.
Dunia
JAKARTA - Badan pengawas nuklir PBB menyatakan Moskow masih belum mengizinkan pemeriksaan atap reaktor di Pembangkit Listrik Nuklir Zaporizhzhia (ZNPP) yang dikuasai Rusia di Ukraina. Ukraina mencurigai ada bahan peledak yang dipasang Moskow di reaktor nuklir tersebut.
Awal Juli lalu, Rusia dan Ukraina saling menuduh merencanakan serangan terhadap pembangkit listrik nuklir terbesar di Eropa itu. Badan Energi Atom Internasional telah berulang kali memperingatkan tentang potensi bencana akibat bentrokan militer di sekitarnya, dikutip dari Reuters, Jumat 21 Juli 2023.
Sebuah tim kecil dari IAEA yang berbasis di pembangkit listrik tersebut telah berusaha memverifikasi tuduhan tersebut, dengan menyatakan bahwa hingga saat ini mereka belum melihat tanda-tanda adanya kecurangan. “Para ahli IAEA telah melakukan pemeriksaan dan peninjauan tambahan di ZNPP Ukraina sepekan terakhir,” tukas IAEA.
- Digugat JPMorgan, Tesla Diminta Ungkap Isi Email Musk
- Perbedaan UMR Tertinggi di Indonesia, Kabupaten Karawang Masih Memimpin
- Cara Hemat Belanja Pakaian Sesuai Anggaran
Perangkat Peledak
IAEA mengaku belum menemukan adanya peralatan militer berat, bahan peledak, atau ranjau di pembangkit listrik. "Namun kami masih menunggu izin untuk mengakses atap gedung reaktor,” sambungnya dalam pernyataan pertamanya mengenai Ukraina dalam sepekan ini.
Pada tanggal 5 Juli, IAEA menyatakan akses ke atap unit reaktor 3 dan 4 adalah "penting," begitu juga akses ke bagian-bagian di dalam ruang turbin. Pasukan bersenjata Ukraina telah menyatakan sehari sebelumnya bahwa data mereka menunjukkan "perangkat peledak" telah ditempatkan di atap kedua unit reaktor tersebut.
Pernyataan pada hari Kamis 20 Juli 2023 menyebutkan inspektur IAEA telah mengunjungi berbagai area di unit reaktor 1-4 pada bulan ini. “Sementara para ahli IAEA melihat truk pengangkut di ruang turbin unit 1, 2, dan 4, tidak ada indikasi mengenai keberadaan bahan peledak atau ranjau,” demikian kata lembaga tersebut.