Rusia Tolak Tawaran Bantuan PBB ke Korban Ledakan Jembatan Kakhovka
- Rusia menolak tawaran PBB atas bantuan pada penduduk yang terkena dampak banjir setelah insiden jebolnya Bendungan Kakhovka.
Dunia
MOSKOW - Rusia menolak tawaran PBB atas bantuan pada penduduk yang terkena dampak banjir setelah insiden jebolnya Bendungan Kakhovka. Padahal, korban tewas akibat ledakan yang terjadi dua pekan lalu saat ini dikabarkan meningkat.
Runtuhnya bendungan yang dikendalikan Moskow pada 6 Juni melepaskan air banjir di seluruh Ukraina selatan dan bagian wilayah Kherson yang diduduki Rusia. Banjir bandang menghancurkan rumah dan lahan pertanian, serta memutus pasokan ke penduduk. Banyaknya air kotor juga memaksa penutupan pantai-pantai di Ukraina selatan.
Adapun korban tewas telah meningkat menjadi 52. Menurut pejabat Rusia, sebanyak 35 orang tewas di daerah yang dikuasai Moskow. Sedangkan kementerian dalam negeri Ukraina mengatakan 17 tewas dan 31 hilang. selain itu, lebih dari 11.000 telah dievakuasi di kedua sisi.
- Sebelum Desember 2024, Vale (INCO) Harus Lepas 11 Persen Saham
- 3 Rekomendasi Alternatif ChatGPT yang Tak Kalah Canggih
- 5 Rekomendasi Film Paling Dicari di Google Juni 2023
PBB mendesak Rusia untuk bertindak sesuai dengan kewajiban mereka di bawah hukum humaniter internasional. "Bantuan tidak dapat ditolak untuk orang yang membutuhkannya," kata Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Ukraina Denise Brown, dikutip dari Reuters, Senin, 19 Juni 2023.
Saling Tunjuk
Atas insiden yang terjadi, Ukraina menuduh Rusia meledakkan bendungan peninggalan era Soviet. Bendungan tersebut berada di bawah kendali Rusia sejak awal invasi pada tahun 2022.
Mengutip pernyataan ahli hukum internasional yang membantu jaksa Ukraina dalam penyelidikan, sangat mungkin keruntuhan bendungan itu disebabkan oleh bahan peledak yang ditanam oleh Rusia.
Di sisi lain, Rusia menuduh Ukraina menyabotase bendungan pembangkit listrik tenaga air. Sebagaimana diketahui, Bendungan Kakhovka yang menampung waduk dengan kapasitas besar, yakni setara volume air Great Salt Lake di AS.
Setelah bendungan jebol, pihak berwenang di Odesa menutup pantai Laut Hitam yang pernah populer di sana. Pemerintah melarang berenang dan konsumsi ikan dan makanan laut dari sumber yang tidak diketahui.
- Permintaan Variatif, Harga Batu Bara Masih Dalam Tekanan
- Coldplay Tambah Konser di Singapura jadi 5 Hari, Bagaimana Indonesia?
- Posisi Investasi Internasional Indonesia Naik jadi Rp3.828 Triliun per Kuartal I-2023
"Pantai Odesa telah dinyatakan tidak cocok untuk berenang karena kerusakan air yang signifikan dan bahaya nyata bagi kesehatan," kata administrasi Odesa di aplikasi perpesanan Telegram.
Berdasarkan tes air yangd filakukan minggu lalu bendungan, para petinggi Ukraina menunjukkan tingkat berbahaya salmonella dan agen infeksius lainnya. Pemantauan kolera juga dilakukan oleh pemerintah Ukraina demi meminimalisir risiko.
Sebabkan Ekosida
Meskipun kini air banjir telah surut, Sungai Denipro, tempat Bendungan Kakhovka dibangun telah membawa berton-ton puing ke Laut Hitam dan garis pantai Odesa. Oleh ukraina, hal ini disebut sebagai fenomena Ekosida.
Lantaran jebolnya bendungan, tingkat zat beracun pada organisme laut dan di dasar laut diperkirakan akan memburuk. Hal ini menambah risiko dari ranjau darat yang terdampar di garis pantai.
"Kita bisa melupakan musim liburan selama setahun," kata kepala Pusat Ekologi Kelautan Ukraina, Viktor Komorin.