Rusia Tuduh Amerika Serikat Biang Kerok Konflik Timur Tengah
- Pernyataan Gedung Putih yang tidak jelas menunjukkan ketidakberdayaan total dalam menyelesaikan krisis.
Dunia
JAKARTA - Menanggapi ketegangan di Timur Tengah kian memanas, Rusia menuding Amerika Serikat sebagai biang keladi. Dalam pernyataan terbaru, pemerintah Rusia dengan tegas menyalahkan kebijakan luar negeri AS yang dipimpin oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut pendekatan Washington terhadap kawasan tersebut sebagai "kegagalan total." Retorika keras ini menambah daftar panjang ketegangan geopolitik yang melibatkan kekuatan besar dunia di kawasan yang sudah rentan konflik ini.
Maria Zakharova menuduh AS memiliki peran langsung dalam meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel. Menurut Zakharova, kebijakan luar negeri AS yang dianggap berpihak pada Israel telah mendorong respons balasan dari Iran. Ia mengkritik Gedung Putih yang dianggap tidak mampu meredam konflik, bahkan menyebut langkah-langkah AS sebagai pemicu ketidakstabilan di wilayah tersebut.
"Kegagalan total pemerintahan Biden di Timur Tengah. Drama berdarah yang hanya mendapatkan momentum. Pernyataan Gedung Putih yang tidak jelas menunjukkan ketidakberdayaan total dalam menyelesaikan krisis. Upaya Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah menyebabkan puluhan ribu korban dan kebuntuan," ungkap Maria Zakharova dalam pertanyataan resminya di Moscow, Rabu, 2 Oktober 2024.
- Terseret Turun 15 Poin, LQ45 Hari Ini 02 Oktober 2024 Ditutup di 938,70
- Penutupan IHSG Hari Ini 02 Oktober 2024: Kembali Turun 79 Poin
- Kenapa Pekalongan Ditetapkan jadi Kota Batik, Bukan Solo atau Jogja?
Serangan Iran Memanaskan Situasi
Ketegangan ini makin meningkat setelah Iran meluncurkan serangan rudal terhadap infrastruktur militer Israel sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang dilakukan oleh Israel. Zakharova mengungkapkan keprihatinannya terhadap pembalasan ini, yang ia nilai sebagai akibat langsung dari kebijakan yang tidak efektif dan provokatif oleh AS di Timur Tengah.
Langkah Iran ini tidak hanya mengguncang Israel, tetapi juga memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi konflik yang lebih luas, yang dapat melibatkan lebih banyak aktor regional dan global.
Imbas dari ketegangan ini juga merambat ke Rusia sendiri. Delegasi Rusia yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Dmitry Chernyshenko terpaksa membatalkan kunjungan resmi ke Qatar. Keputusan ini diambil setelah serangan Iran menyebabkan penutupan wilayah udara di Timur Tengah,
Rusia tetap menegaskan posisinya sebagai kritikus tajam kebijakan luar negeri AS, terutama terkait respons Washington terhadap dinamika di Timur Tengah.
- Terseret Turun 15 Poin, LQ45 Hari Ini 02 Oktober 2024 Ditutup di 938,70
- Penutupan IHSG Hari Ini 02 Oktober 2024: Kembali Turun 79 Poin
- Kenapa Pekalongan Ditetapkan jadi Kota Batik, Bukan Solo atau Jogja?
Konteks Geopolitik yang Lebih Luas
Pernyataan Rusia mencerminkan kekhawatiran mendalam Moskow terhadap situasi di Timur Tengah, wilayah yang selama ini menjadi titik pertemuan kepentingan geopolitik banyak negara. Bagi Rusia, kawasan ini tidak hanya penting secara strategis, tetapi juga menjadi arena untuk memperkuat pengaruh politiknya di panggung internasional.
Dengan menyerang kebijakan AS di Timur Tengah, Rusia tampaknya berupaya mempertegas posisinya sebagai kekuatan besar yang mendukung stabilitas dan mencari solusi diplomatik, sekaligus mencela pendekatan konfrontatif yang dinilai telah digunakan AS. N
amun, di balik retorika tersebut, jelas bahwa Rusia memiliki kepentingan sendiri dalam menjaga hubungan baik dengan negara-negara kunci di kawasan, seperti Iran dan Suriah.
Ketegangan yang terjadi saat ini hanya menambah lapisan kompleksitas konflik di Timur Tengah. Selama konflik antara Iran dan Israel terus berlanjut, dan selama AS serta Rusia saling bersitegang dalam pendekatan mereka terhadap kawasan ini, prospek stabilitas tampaknya masih jauh dari kenyataan.
Bagi Rusia, melanjutkan kritik terhadap AS mungkin telah menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk membangun pengaruh yang lebih besar di Timur Tengah.