Rusia-Ukraina Saling Tuding Pasca Bendungan Nova Kakhovka Meledak
- Rusia dan Ukraina saling tuding mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di Sungai Dnipro.
Dunia
KYIV- Rusia dan Ukraina saling tuding mengenai siapa yang bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi di Nova Kakhovka yang berada di Sungai Dnipro. Di sisi lain, AS masih belum memastikan siapa yang terlibat.
Namun, AS menggarisbawahi bahwa tidak masuk akal bagi Ukraina untuk melakukan ini terhadap rakyat dan wilayahnya sendiri.
Mengutip Reuters Rabu, 7 Mei 2023, Dewan Keamanan PBB dikatakan bertemu pada Selasa atas permintaan Rusia dan Ukraina setelah semburan air menerobos bendungan besar di Sungai Dnipro. Jebolnya bendungan ini memisahkan pasukan lawan di Ukraina selatan.
Saat ditanya terkait informasi yang diketahui Amerika Serikat terkait apakah Negera Paman Sam tahu siapa yang bertanggung jawab, Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan bahwa pihaknya tidak yakin.
Lebih lanjut, Ia berharap AS bisa mendapat lebih banyak informasi dalam beberapa hari mendatang. Namun di satu sisi, Ia menyangsikan jika Ukraina yang melakukan hal tersebut.
"Tapi, maksud saya, ayolah mengapa Ukraina melakukan ini ke wilayah dan rakyatnya sendiri, membanjiri tanahnya, memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka. Itu tidak masuk akal," kata Wood.
- Harga Emas Hari Ini Susut Rp5.000 Per Gram
- IHSG Tiba-tiba Ambles setelah Bergerak di Zona Hijau pada Perdagangan Kemarin, Begini Pendapat Analis
- Belum Memenuhi Modal Minimum, OJK Ancam Cabut Izin Usaha 11 Multifinance
Saling Tuding
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan sebelumnya pada bahwa PBB tidak memiliki informasi independen tentang bagaimana bendungan itu pecah. Meski begitu, Ia menggambarkan hancurnya bendungan tersebut sebagai konsekuensi lain yang menghancurkan dari invasi Rusia ke Ukraina.
Banyak anggota Dewan Keamanan PBB juga menegaskan selama pertemuan Selasa bahwa krisis tidak akan terjadi jika Rusia tidak menginvasi negara tetangga Ukraina pada Februari tahun lalu.
Atas insiden yang terjadi, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyalahkan Ukraina, tanpa memberikan bukti. Ia menuduh Ukraina mencoba menciptakan peluang yang menguntungkan untuk menyusun kembali unit militernya untuk melanjutkan serangan balasan.
"Sabotase yang disengaja dilakukan oleh Kyiv terhadap fasilitas infrastruktur kritis sangat berbahaya dan pada dasarnya dapat diklasifikasikan sebagai kejahatan perang atau tindakan terorisme," kata Nebenzia kepada dewan.
Di sisi lain, Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya juga menuduh Rusia melakukan aksi teroris terhadap infrastruktur kritis Ukraina tanpa memberikan bukti.
"Secara fisik tidak mungkin untuk meledakkannya dari luar dengan penembakan itu ditambang oleh penjajah Rusia dan mereka meledakkannya," kata Kyslytsya.
Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa besarnya bencana hanya akan terwujud sepenuhnya dalam beberapa hari mendatang.
"Sudah jelas bahwa itu akan memiliki konsekuensi serius dan luas bagi ribuan orang di Ukraina selatan di kedua sisi garis depan melalui hilangnya rumah, makanan, air bersih dan mata pencaharian," ujar Griffiths.