albert einstein
Dunia

Saat Albert Einstein Tolak Jadi Presiden Israel

  • Setelah kematian Presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, pada tahun 1952, pemerintah Israel di bawah pimpinan Perdana Menteri David Ben-Gurion menghadapi tantangan besar dalam mencari pengganti yang sesuai

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Albert Einstein, seorang ilmuwan terkenal berdarah Yahudi, yang telah mencatat namanya dalam sejarah sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam bidang fisika memiliki kisah menarik dalam dunia politik, terutama dalam hubungannya dengan negara Israel. Albert Einstein pernah ditawari menjadi Presiden Israel.

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, Jumat, 18 Agustus 2023, setelah kematian Presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, pada tahun 1952, pemerintah Israel di bawah pimpinan Perdana Menteri David Ben-Gurion menghadapi tantangan besar dalam mencari pengganti yang sesuai. Negara yang baru lahir ini memerlukan sosok yang kuat dan dihormati untuk mengisi kursi kepresidenan. Pilihan mengejutkan itu jatuh pada Albert Einstein, sosok dengan prestasi luar biasa di dunia ilmiah.

Meskipun selama hidupnya Einstein telah menunjukkan dukungan yang konsisten terhadap negara Israel, ketika ditawari jabatan presiden, ia dengan tegas menolak. Bahkan, ia menolak untuk melakukan pertemuan resmi dengan perwakilan pemerintah Israel. 

Duta Besar Israel Abba Eban, atas nama Perdana Menteri Ben-Gurion, mengirim surat kepada Einstein. Surat itu menyoroti betapa dihormatinya Einstein oleh rakyat Israel dan mengajaknya untuk mempertimbangkan tanggung jawab intelektual dan spiritual terhadap bangsa Israel.

Dalam responsnya yang singkat, Einstein menyampaikan bahwa ia sangat menghargai tawaran tersebut. Namun, ia juga mengakui kekurangan pribadinya, seperti kurangnya keterampilan yang relevan dan usianya yang semakin lanjut. Ia menunjukkan sikap rendah hati yang selalu melekat padanya, serta menolak untuk menganggap dirinya sebagai sosok yang cocok untuk peran tersebut.

Meskipun Einstein menolak tawaran itu, hubungannya dengan Israel dan masyarakat Yahudi tetap kuat. Penolakan itu bukan semata-mata karena ia merasa tidak mampu, tetapi juga mencerminkan integritas moralnya yang mengutamakan objektivitas ilmiah dan ketidak berpihakan politik. 

Kebijakan ini memungkinkan Einstein tetap menjadi simbol inspirasi, bukan hanya sebagai seorang ilmuwan, tetapi juga sebagai seorang individu dengan prinsip dan integritas yang tinggi.

Sebagai pengganti Einstein, Itzhak Ben-Zvi, seorang pemimpin Zionis, akhirnya menjadi presiden Israel. Meskipun Einstein tidak pernah memegang jabatan resmi dalam politik Israel, pengaruhnya tetap berlanjut melalui pemikiran-pemikirannya yang mendalam tentang perdamaian, hak asasi manusia, dan tanggung jawab intelektual terhadap masyarakat.