Saat Pandemi, Laba Maybank Indonesia Naik 7 Persen
JAKARTA – PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatat kenaikan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar 7% menjadi Rp809,7 miliar pada semester I-2020. Kinerja tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan (sustained strategic cost management). Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, […]
Industri
JAKARTA – PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatat kenaikan laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali (PATAMI) sebesar 7% menjadi Rp809,7 miliar pada semester I-2020.
Kinerja tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan non bunga (fee based income) dan pengelolaan biaya strategis secara berkelanjutan (sustained strategic cost management).
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan, kenaikan pendapatan fee based sebesar 1,4% menjadi Rp1,2 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah tersebut mencakup pendapatan fee non rutin sebesar Rp101,0 miliar dari hasil penyelesaian arbitrase domestik.
“Bila pendapatan fee non rutin tidak diperhitungkan, perseroan mencatat kenaikan fee 11 persen berasal dari fee global market, bancassurance dan wealth management, serta biaya transaksi e-channel,” ungkapnya dalam paparan publik daring, Kamis, 24 September 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Adapun rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) berada pada tingkat yang sehat sebesar 94,2%. Kemudian rasio cakupan likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) berada di level 152,4% per Juni 2020, melampau kewajiban minimum sebesar 100%.
Kredit Melambat
Kendati demikian, sejalan dengan kondisi pasar saat ini, perseroan mengalami perlambatan kredit sebesar 14,6% menjadi Rp115,7 triliun.
Meskipun begitu, posisi modal perseroan tetap kuat. Terbukti dari rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 22,1% atau senilai Rp26,4 triliun pada Juni 2020. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan 19,1% senilai Rp26,2 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, profil pendanaan perseroan terus menguat. Tercermin dari peningkatan rasio CASA sebesar 33,1% pada Juni 2019, menjadi 40% pada Juni 2020.
Menurutnya, peningkatan tersebut merupakan hasil penerapan strategi Maybank dalam mengurangi pendanaan berbiaya tinggi melalui penyediaan layanan cash management berbasis perbankan digital.
Genjot Digital
Di tengah kondisi yang menantang saat ini, ujarnya, perseroan telah meningkatkan peluang bisnis dengan mengoptimalkan layanan perbankan digital, Maybank2u (M2U).
Transaksi keuangan melalui platform tersebut melejit 136% menjadi 4,5 juta transaksi pada semester I-2020. Selain itu, tercatat 34.000 pembukaan rekening tabungan atau deposito, serta lebih dari 45.000 rekening baru.
Taswin menjelaskan, aplikasi M2U tidak hanya menyediakan layanan pembukaan rekening, melainkan juga menyediakan fitur QR Pay, serta kanal pembayaran lainnya.
“Kondisi pasar saat ini membuat Maybank Indonesia lebih inovatif dalam memanfaatkan teknologi,” tuturnya. (SKO)