Sabun Tetap Lebih Baik dibanding Hand Sanitizer
JAKARTA – Sejak mewabahnya virus corona, hand sanitizer atau cairan pembersih tangan menjadi salah satu produk yang banyak dicari. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drugs Administrastion/ FDA), suatu produk dapat dikategorikan sebagai pembersih tangan jika mengandung etil alkohol (juga disebut etanol), isopropil alkohol (isopropanol) atau benzalkonium klorida sebagai bahan aktif. […]
Halo Sehat
JAKARTA – Sejak mewabahnya virus corona, hand sanitizer atau cairan pembersih tangan menjadi salah satu produk yang banyak dicari.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drugs Administrastion/ FDA), suatu produk dapat dikategorikan sebagai pembersih tangan jika mengandung etil alkohol (juga disebut etanol), isopropil alkohol (isopropanol) atau benzalkonium klorida sebagai bahan aktif.
Bahan utama dalam kebanyakan pembersih tangan adalah alkohol yang secara kimiawi, alkohol adalah molekul organik yang terbuat dari karbon, oksigen, dan hidrogen. Alkohol menghancurkan agen penyebab penyakit, atau patogen, dengan memecah protein, membelah sel menjadi beberapa bagian atau mengacaukan metabolisme sel.
Untuk dapat membunuh patogen, sedikitnya diperlukan 30% alkohol dan efektivitasnya meningkat seiring dengan semakin tingginya konsentrasi alkohol. Penelitian telah menunjukkan bahwa alkohol membunuh beragam bakteri dan virus ketika konsentrasinya melebihi 60%.
Meski begitu, alkohol tidak berfungsi untuk semua kuman. Pembersih tangan juga tidak menghilangkan bahan kimia berbahaya seperti pestisida atau logam berat dan tidak dapat bekerja optimal pada tangan yang kotor atau berminyak.
Sabun Lebih Baik
Untuk hal ini, para ahli masih tetap merekomendasikan cuci tangan menggunakan sabun daripada pembersih tangan. Jika ingin menggunakannya, pastikan untuk menjaga kemasan agar tetap tertutup karena alkohol mudah menguap dan dapat menyebabkan kadar alkoholnya menurun.
Dari segi efek samping, alkohol dianggap aman untuk digunakan sebagai antiseptik dan umumnya tidak memiliki efek toksik pada kulit, meskipun penggunaan berulang dapat menyebabkan kekeringan atau iritasi ringan.
Di Indonesia, fenomena langka dan mahalnya pembersih tangan membuat Alamsyah Saragih, Anggota Ombudsman menilai pemerintah perlu mengendalikan pasokan dalam negeri. Caranya dengan menghentikan sementara ekspor masker dan pembersih tangan ke luar negeri.
Hal ini ia maksudkan untuk menjaga ketersediaan dan kestabilan harga kedua komoditas tersebut selama mewabahnya virus corona.
“Tutup saja keran ekspor dan atur harga domestik, agar bisnis tidak terganggu,” katanya saat ditemui media dalam acara “Korona: Ga Perlu Panik, Ga Usah Gimik” di Jakarta, Minggu 8 Maret 2020.