Gedung Adaro Energy di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Saham Adaro (ADRO) Menguat Pasca Laporkan Laba Bersih Senilai Rp25,34 Triliun

  • Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menguat meski laba turun 34,16% pada 2023 menjadi US$1,64 miliar (Rp25,34 triliun).
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) menguat usai melaporkan kinerja keuangan 2023 yang kurang impresif akibat laba bersih mengalami penurunan 34,16% secara tahunan menjadi US$1,64 miliar atau sekitar Rp25,34 triliun. (Kurs Jisdor Rp15.439 per 29 Desember 2023)

Berdasarkan data IDX Mobile pada perdagangan Jumat, 01 Maret 2024, pukul 11.06  WIB, saham emiten pertambangan batu bara yang berkodekan ADRO berhasil menguat 40 poin (1,65%) ke level Rp2.460 per saham. 

Dari sisi variasi harga, saham ADRO bergerak di kisaran Rp2.430-2.460 per saham. Selama sesi tersebut, volume perdagangan saham ini mencapai 25.5 juta lembar saham dengan kapitalisasi pasar Rp78,37 triliun. 

Meski tampak menguat pasca rilis laporan laba bersih 2023 yang menyusut, jika mengacu data perdagangan selama tiga bulan terakhir, saham ADRO telah mengalami pelemahan 100 poin (-3.91%) dari harga tertingginya sebesar Rp2.500 per saham. 

Alasan Laba Susut 

Berdasarkan publikasi keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih 2023 ADRO ini lebih rendah 34,16% dibandingkan dengan periode yang sama pada 2022 yang menembus US$2,49 miliar.

Penurunan laba bersih ADRO tidak terlepas dari penurunan pendapatan bersih sebesar 19,56% year-on-year (YoY), dari US$8,10 miliar atau sekitar Rp125,09 triliun menjadi US$6,51 miliar yang setara dengan Rp100,62 triliun. 

Selama tahun 2023, beban pokok pendapatan ADRO juga mengalami kenaikan sebesar 15,39%, mencapai US$3,98 miliar, dibandingkan dengan tahun 2022 yang hanya sebesar US$3,44 miliar.

Peningkatan beban pokok pendapatan terutama dipicu oleh kenaikan biaya royalti kepada pemerintah sebesar 19,18%, mencapai US$1,46 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$1,23 miliar.

Biaya pengangkutan dan bongkar muat juga mengalami kenaikan sebesar 17,99%, mencapai US$1,32 miliar. Dengan demikian, laba kotor ADRO mengalami penurunan sebesar 45,47%, menjadi US$2,53 miliar dari angka sebelumnya pada tahun 2022 yang mencapai US$4,65 miliar.

Sementara itu, laba usaha ADRO juga mengalami koreksi sebesar 49,97%, mencapai US$2,15 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 yang mencapai US$4,30 miliar.

Adapun aset total ADRO hingga akhir Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 2,87%, mencapai US$10,47 miliar dari angka US$10,78 miliar pada akhir tahun 2022. Liabilitas total pada akhir 2023 mencatatkan US$3,06 miliar, mengalami penurunan sebesar 27,99% dari angka US$4,25 miliar pada akhir Desember 2022.

Sementara itu, tingkat ekuitas ADRO menunjukkan peningkatan sebesar 13,5% secara year-on-year (yoy), mencapai US$7,40 miliar dibandingkan dengan US$6,52 miliar pada akhir 2022, yang disebabkan oleh peningkatan saldo laba yang belum dicadangkan. 

Di samping itu, kas dan setara kas ADRO pada akhir tahun tersebut mencatat penurunan menjadi US$3,31 miliar, dibandingkan dengan angka akhir tahun sebelumnya, yang mencapai angka US$4,06 miliar.

Rencana Ke Depan 

Presiden Direktur ADRO, Garibaldi Thohir menyatakan  enyatakan bahwa proyek diversifikasi bisnis batu bara Adaro memberi kontribusi sekitar 17% dari total pendapatan sepanjang tahun lalu.

“ADRO pada tahun lalu juga berinvestasi pada bisnis non batu bara termal lewat dimulainya konstruksi smelter aluminium di kawasan industri Kalimantan Utara,” jelas Pria yang akrab disapa Boy Thohir dalam keterangan resmi. 

Boy Thoir mengungkapkan bahwa perseroan telah menetapkan kenaikan belanja modal sebesar 53%, mencapai US$648 juta sesuai dengan rencana investasinya. Dana ini akan utamanya dialokasikan untuk investasi dalam alat berat, tongkang, dan fasilitas pendukung lainnya dalam rantai pasokan perusahaan, seiring dimulainya investasi pada smelter aluminium beserta fasilitas pendukungnya.

“Target penjualan batu bara ADRO untuk tahun ini mencapai 65-67 juta ton, yang terdiri dari 62 juta ton batu bara termal dan 4,9-5,4 juta ton batu bara metalurgi melalui anak perusahaan (ADMR),” imbuhnya.