Saham ADRO ARB, Antrean Jual Tembus 14 Juta Lot, Apa Penyebabnya?
- Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) anjlok 24,80% hingga menyentuh level auto reject bawah (ARB) di Rp2.760 pada sesi pertama perdagangan 28 November 2024. Penurunan ini bertepatan dengan tanggal ex-dividen dan diiringi tekanan jual besar, mencapai 14,4 juta lot saham senilai Rp4 triliun.
Korporasi
JAKARTA – Saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) mengalami penurunan signifikan pada sesi pertama perdagangan 28 November 2024, dengan harga langsung merosot 24,80% hingga mencapai level auto reject bawah (ARB) di harga Rp2.760.
Penurunan ini terjadi hampir seketika setelah pembukaan pasar, dan harga saham ADRO tetap terjebak di level tersebut hingga sekitar pukul 11.05 WIB.
Bahkan, antrean jual yang tercatat di harga ARB Rp2.760 sangat besar, mencapai 14,4 juta lot saham, yang memiliki nilai total sekitar Rp4 triliun. Hal ini menunjukkan betapa tingginya tekanan jual yang terjadi pada saham tersebut.
- Molornya UMP 2025 Buat Pengusaha Makin Khawatir
- 3 Jurus GoSend untuk Menggenjot Pertumbuhan UMKM pada Tahun 2025
- Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp9.000 Segram
Penurunan saham ADRO ini terjadi bertepatan dengan tanggal ex-dividen, yaitu 28 November 2024, yang merupakan hari ketika pemegang saham yang membeli saham setelah tanggal ini tidak lagi berhak atas dividen yang akan dibagikan.
Sementara itu, pada hari sebelumnya, 26 November, saham ADRO juga tercatat mengalami penurunan, meskipun pada biasanya, harga saham justru melonjak menjelang cum date, yaitu tanggal terakhir bagi investor yang membeli saham untuk berhak atas dividen.
Biasanya, di hari cum date, permintaan saham akan meningkat, mendorong harga naik, karena investor berusaha membeli saham sebelum kehilangan hak atas dividen. Namun, pada 26 November, saham ADRO justru banyak didistribusikan, dengan transaksi penjualan saham yang cukup besar.
Menurut data dari broker UBS Sekuritas Indonesia, tercatat penjualan bersih (net sell) saham ADRO mencapai Rp298,6 miliar pada 26 November, dengan penjualan oleh investor asing juga tercatat cukup besar, yakni sebesar Rp184 miliar.
Hal ini menunjukkan bahwa banyak investor, baik domestik maupun asing, memilih untuk menjual saham mereka menjelang pembagian dividen, yang sering kali diikuti dengan penurunan harga saham yang tajam setelah dividen dibagikan.
Sebagai catatan, salah satu analisis yang disampaikan oleh Hendra Wardana, founder Stocknow.id, pada 26 November 2024, menunjukkan bahwa saham ADRO berpotensi untuk mengalami penurunan yang lebih dalam setelah pembagian dividen.
Hendra memprediksi bahwa penurunan ini bisa mencapai -30% atau lebih. Fenomena semacam ini biasanya terjadi karena pembagian dividen besar sering kali disertai dengan penurunan harga saham yang sebanding, sebagai penyesuaian pasar terhadap pembayaran dividen yang dibagikan.
Penurunan harga saham setelah cum dividen adalah hal yang umum, karena investor secara teknis ‘mengambil’ dividen tersebut dari harga saham, dan harga saham akan mencerminkan nilai dividen yang dibayarkan.
Terkait dengan pembagian dividen itu sendiri, ADRO berencana untuk membagikan dividen tunai final tambahan yang cukup signifikan. Dividen ini dimaksudkan untuk membantu pendanaan pemegang saham ADRO dalam menebus saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dalam penawaran umum saham yang dilakukan oleh pemegang saham.
Total nilai dividen yang akan dibagikan bisa mencapai US$2,62 miliar, atau sekitar Rp41,6 triliun, berdasarkan kurs Jisdor pada 18 November 2024 yang tercatat di Rp15.848 per USD.
Jika dihitung per saham, potensi dividen yang bisa diterima oleh pemegang saham ADRO adalah sekitar Rp1.355 per saham. Pembagian dividen besar ini tentu mempengaruhi keputusan investor dalam membeli atau menjual saham, mengingat adanya faktor pembagian dividen yang harus diperhitungkan dalam analisis mereka terhadap valuasi saham perusahaan.