Saham ADRO Jadi Incaran Investor Jelang Aksi Besar
- Saham emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) kembali menjadi incaran investor, ditandai dengan peningkatan signifikan jumlah pemegang saham perusahaan tersebut.
Bursa Saham
JAKARTA - Saham emiten pertambangan batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) kembali menjadi incaran investor, ditandai dengan peningkatan signifikan jumlah pemegang saham perusahaan tersebut.
Berdasarkan laporan terbaru per 30 September 2024, jumlah pemegang saham ADRO tercatat mencapai 103.844, meningkat sebanyak 3.744 dari 100.100 pemegang saham pada 31 Agustus 2024. Ini menunjukkan bahwa saham Adaro masih sangat diminati di tengah dinamika pasar yang fluktuatif.
Meski demikian, pergerakan saham ADRO stagnan di harga Rp3.800 pada awal sesi perdagangan 9 Oktober 2024 pukul 09.24 WIB, setelah sebelumnya melemah 2,31% pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
- Ikonik di Zamannya, Begini Sejarah Kotak Pos
- Budi Arie Sebut Apple Tak Mungkin Bangun Pabrik di Indonesia
- Rumor Akuisisi Temu, Muncul Transaksi Nego Saham BUKA Senilai Rp2,08 Triliun
Meskipun ada penurunan kecil dalam harga saham, minat investor terhadap saham Adaro tetap tinggi, mengindikasikan keyakinan pasar terhadap prospek jangka panjang perusahaan energi tersebut.
Klarifikasi Kepemilikan
Di sisi lain, Ficomindo Buana Registrar, sebagai biro administrasi efek ADRO, mengklarifikasi terkait informasi perubahan kepemilikan saham pengendali PT Adaro Energy Indonesia Tbk, yakni PT Adaro Strategic Investments.
Dalam surat yang diterima dari UBS AG Singapore Branch pada 2 Oktober 2024, Direktur Ficomindo Buana Registrar, Jimmi Maulana Sidik, menyatakan bahwa tidak ada perubahan atau pengurangan jumlah saham atas nama PT Adaro Strategic Investments.
Klarifikasi ini sekaligus membantah laporan sebelumnya yang menyebutkan bahwa kepemilikan Adaro Strategic Investments telah berkurang sebanyak 370 juta saham per 26 September 2024, yang seharusnya menurunkan persentase kepemilikan dari 45,66% menjadi 44,46%.
Dengan adanya klarifikasi ini, jumlah saham yang dimiliki Adaro Strategic Investments tetap di angka 14,04 miliar saham atau setara dengan 45,66% dari total saham ADRO yang beredar di Bursa Efek Indonesia.
Rencana Divestasi
Sementara itu, ADRO sedang bersiap melakukan divestasi besar melalui pelepasan 99,99% saham PT Adaro Andalan Indonesia (AAI), yang sebelumnya dikenal sebagai PT Alam Tri Abadi. AAI adalah anak usaha Adaro yang bergerak di sektor batu bara termal dan menjadi pilar utama dalam bisnis batu bara termal Grup Adaro. Rencana ini menarik perhatian pasar karena nilai transaksi diperkirakan berada di kisaran US$ 2,45 hingga US$ 2,63 miliar.
Langkah divestasi ini mendapat perhatian khusus dari BEI, yang meminta penjelasan lebih lanjut terkait rencana strategis ADRO pasca pelepasan AAI. Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Perusahaan ADRO, Mahardika Putranto, menyatakan bahwa perusahaan berencana untuk fokus pada ekspansi dan diversifikasi bisnis, khususnya di luar batu bara termal.
Langkah ini dilakukan untuk menciptakan portofolio bisnis yang lebih seimbang, memberikan perlindungan yang lebih baik di seluruh fase siklus bisnis, serta berkontribusi terhadap penciptaan nilai jangka panjang bagi perusahaan.
Mahardika juga menambahkan bahwa setelah divestasi AAI, kegiatan operasional ADRO tidak akan mengalami perubahan signifikan. Perseroan tetap akan menjalankan aktivitas kantor pusat serta memberikan konsultasi manajemen kepada anak-anak perusahaan yang masih berada di bawah naungan Grup Adaro, di luar AAI.
Fokus pada Proyek Hijau
Sejalan dengan fokus Adaro yang kini mulai bergeser ke arah energi terbarukan, perusahaan juga berencana mengembangkan berbagai proyek energi hijau yang mendukung program ekonomi hijau pemerintah Indonesia.
Proyek-proyek yang sedang berjalan di bawah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) dan Adaro Green meliputi pengembangan tambang batu bara metalurgi, proyek pengolahan aluminium berkapasitas 500 ribu ton per tahun di Kaltara Industrial Park, proyek pembangkit listrik tenaga angin berkapasitas 70 MW di Kalimantan Selatan, serta pembangkit listrik tenaga air dengan kapasitas 1.375 MW di Kalimantan Utara.
Proyek-proyek ini dianggap penting dalam memperkuat posisi Adaro sebagai pemain utama dalam sektor energi dan infrastruktur, sekaligus menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada bisnis batu bara termal yang rentan terhadap fluktuasi harga global.
Kesempatan Pemegang Saham
Dalam rencana divestasi ini, Adaro juga akan memberikan kesempatan kepada pemegang saham untuk turut berpartisipasi sebagai pembeli dalam transaksi pelepasan saham AAI. Selain itu, perseroan juga sedang mempertimbangkan opsi untuk membagikan dividen tunai kepada para pemegang saham sebagai bagian dari transaksi ini, yang dapat menjadi daya tarik tambahan bagi investor.
Secara keseluruhan, rencana strategis Adaro dalam melakukan diversifikasi dan pengembangan bisnis non-batu bara, ditambah dengan partisipasi aktif pemegang saham dalam rencana divestasi ini, menunjukkan upaya perusahaan untuk menjaga daya saing di tengah perubahan dinamika industri energi global.
Dengan fokus pada energi terbarukan dan proyek infrastruktur berkelanjutan, Adaro diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan dan terus memberikan nilai bagi para pemegang sahamnya.