Gedung Adaro Energy di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Saham ADRO Nyaris Melesat 10 Persen dalam Sebulan, Berapa Targetnya?

  • Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Rabu, 17 Juli 2024, saham ADRO ditutup naik sebesar 1,05% menjadi Rp2.900 per saham.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mengalami lonjakan hampir 10% selama satu bulan terakhir. Sejumlah analis meyakini bahwa kenaikan saham perusahaan yang berfokus pada batu bara ini belum mencapai puncaknya.

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Rabu, 17 Juli 2024, saham ADRO ditutup naik sebesar 1,05% menjadi Rp2.900 per saham. Ini menunjukkan kenaikan sebesar 9,02% selama satu bulan terakhir dan 21,85% sepanjang tahun ini.

Alhasil, market cap perusahaan ini pun melenting ke level Rp92,76 triliun. Selain itu, kenaikan harga saham ADRO ini dapat dikaitkan aksi beli bersih investor asing sepanjang tahun ini yang mencapai level Rp5,62 triliun di seluruh pasar atau Rp982 miliar di pasar reguler. 

Lalu berapakah target saham ADRO dalam 12 bulan ke depan? Berdasarkan konsensus yang dihimpun Stockbit Sekuritas mengungkapkan bahwa dari 28 sekuritas terdapat 15 sekuritas yang merekomendasikan beli dengan target rata-rata Rp3.134 per saham.

Nah, jika berbicara Price Earnings Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) saham ADRO pun tergolong masih murah, yakni di angka PER 3,90 kali dan 0,82 kali. Tak ayal, dari konsensus tersebut ada yang memasang target saham ADRO di level Rp4.370 per saham.

Sementara itu, Tim Riset Trimegah Sekuritas menyatakan bahwa secara teknikal, saham ADRO mengalami gapdown setelah pengumuman ex dividen beberapa waktu lalu, tetapi rebound di EMA20 dan trend tidak terputus.

Trimegah Sekuritas pun merekomendasikan pembelian saham ADRO di kisaran harga Rp2.680-2.700 per saham, dengan titik cut loss di Rp2.550 per saham. Target profit pertama di Rp2.950 telah tercapai dalam perdagangan intraday sebelumnya, sementara target profit kedua saham ini ada di level Rp3.080 per saham.

Senada, Senior Invesment Informatiom Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa saham ADRO saat ini bertahan stabil di garis tren utama uptrend. Hal ini menguatkan kondisi konsolidasi bullish yang sedang dialami oleh ADRO. 

Nafan bilang, jika ADRO berhasil menguji Rp2.940 per saham, ada kemungkinan saham ini akan menembus ke level Rp3.240 per saham. Ia pun menyarakan akumulatif buy saham ini dengan potensial keuntungan sekitar 10% dari harga saat ini. 

Siap Rilis Lapkeu

Sebelumnya, Corporate Secretary ADRO, Mahardika Putranto, mengatakan bahwa laporan keuangan ADRO semester I-2024 akan ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik sebelum dirilis.

“Merujuk kepada Peraturan Bursa No. I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi, dengan ini disampaikan Adaro Energy Indonesia akan melakukan penyampaian laporan keuangan kuartal II untuk tahun buku 2024 yang ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik,” katanya dalam keterbukaan informasi dikutip pada Selasa, 16 Juli 2024.

Nah, merujuk catatan historis, emiten portofolio PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) ini, biasanya mengumumkan kinerja semester pertama tahun berjalan di akhir bulan Agustus.

Pada kuartal I-2024, emiten milik konglomerat Garibaldi Thohir ini, berhasil mencatatkan pendapatan sebesar US$1,44 miliar atau sekitar Rp23,4 triliun (dengan kurs Jisdor Rp16.276 per dolar AS). Angka ini menunjukkan penurunan tahunan sebesar 21,53% dari pendapatan US$1,83 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, kinerja top line ADRO untuk periode Januari 2024 hingga Maret 2024 berhasil melampaui estimasi konsensus dengan mencapai US$1,355 miliar. Hal yang sama terjadi pada laba bersih yang juga melebihi perkiraan analis dengan mencatat US$360,00 juta.

Pada akhir Maret 2024, Adaro mencatatkan laba bersih sebesar US$374,3 juta atau sekitar Rp6,09 triliun. Realisasi ini menurun dibandingkan dengan laba bersih US$458,04 juta yang tercatat pada kuartal I-2023. Pelemahan pendapatan dan laba bersih ini dapat dikaitkan karena ketidakstabilan geopolitik global yang menggoyang harga batu bara.