logo
Ilustrasi aset kripto.
Fintech

Saham AS dan Kripto Menguat setelah The Fed Tahan Suku Bunga, Simak Proyeksi ke Depannya

  • Dalam pertemuan tersebut, The Fed tetap mempertahankan proyeksi dua kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025, meskipun ada ketidakpastian terkait kebijakan tarif impor dari pemerintahan Presiden Trump.

Fintech

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Pasar saham Amerika Serikat dan aset kripto mengalami penguatan setelah pertemuan Federal Reserve (The Fed) yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level 4,25%-4,50%. Keputusan ini disampaikan pada dini hari waktu Indonesia, 20 Maret 2025, yang langsung direspons positif oleh pasar keuangan.

Indeks saham utama AS mencatatkan kenaikan signifikan, dengan S&P 500 naik 1,08%, Nasdaq melonjak 1,41%, dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,92%. Sementara itu, Bitcoin berhasil menembus level US$83.000 dan sempat diperdagangkan di kisaran US$87.000, sedangkan Ethereum kembali ke level US$2.000 setelah dua pekan bergerak dalam rentang US$1.800-US$1.900.

Dampak Keputusan The Fed terhadap Aset Berisiko

Dalam pertemuan tersebut, The Fed tetap mempertahankan proyeksi dua kali pemotongan suku bunga pada tahun 2025, meskipun ada ketidakpastian terkait kebijakan tarif impor dari pemerintahan Presiden Trump. 

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa inflasi yang terdorong oleh tarif kemungkinan hanya bersifat sementara. Ia juga menyoroti ketahanan ekonomi AS yang tetap kuat dengan risiko resesi yang relatif rendah, yang membantu meredakan kekhawatiran pasar.

Menurut Fahmi Almuttaqin, Analis Reku, sikap optimis namun tetap berhati-hati dari The Fed memberikan sinyal positif bagi pasar. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri investor terhadap aset berisiko seperti saham AS dan kripto. Namun, ia juga menambahkan bahwa reli Bitcoin selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh bagaimana pasar menilai risiko inflasi yang masih membayangi.

"Sentimen positif dari perkembangan regulasi kripto di AS juga bisa menjadi katalis yang mendorong kenaikan lebih lanjut bagi Bitcoin dan aset digital lainnya," ujar Fahmi melalui hasil riset yang diterima TrenAsia, Kamis, 20 Maret 2025. 

Potensi Stagflasi dan Strategi Diversifikasi Investor

Dalam laporan The Fed, risiko stagflasi—yakni pertumbuhan ekonomi yang melambat dengan inflasi tinggi—tidak seburuk yang diperkirakan pasar. Namun, penundaan pemotongan suku bunga serta volatilitas akibat kebijakan tarif masih dapat memberikan tekanan pada aset kripto dalam jangka pendek.

Bitcoin yang saat ini memiliki korelasi tinggi dengan saham AS masih menjadi perhatian investor, terutama dalam perannya sebagai lindung nilai terhadap inflasi. 

"Jika inflasi meningkat secara signifikan, narasi Bitcoin sebagai emas digital berpotensi menguat, yang mungkin akan mengurangi korelasinya dengan saham AS," tambah Fahmi.

Ia juga menyarankan strategi diversifikasi yang seimbang dengan kombinasi Bitcoin, altcoin, dan saham AS dalam portofolio. Strategi ini dinilai ideal bagi investor yang ingin mengoptimalkan eksposur terhadap instrumen berisiko tinggi sambil menjaga keseimbangan risiko.

Meningkatnya Antusiasme Investor Institusi dan Prospek Altcoin

Selain Bitcoin dan Ethereum, aset kripto lain seperti Solana juga mulai menarik perhatian investor. Diperkirakan bahwa ETF spot untuk beberapa altcoin akan segera diluncurkan menjelang akhir tahun, yang dapat memperkuat narasi altcoin dan meningkatkan likuiditas pasar.

Menurut data dari @cryptokoryo_research yang dikompilasi di platform Dune Analytics, indikator Alts Buy Signal menunjukkan bahwa saat ini adalah salah satu momentum terbaik untuk membeli altcoin. Sinyal ini memperkuat ekspektasi terhadap potensi reli altcoin dalam beberapa bulan ke depan.

Prediksi Suku Bunga dan Dampaknya pada Likuiditas Pasar

Saat ini, pasar memperkirakan kemungkinan sekitar 62% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada Juni mendatang. Jika terjadi, ini berpotensi meningkatkan likuiditas serta M2 money supply, yang secara historis berhubungan dengan fase bullish Bitcoin.

Namun, Fahmi menegaskan bahwa dampak pemotongan suku bunga tetap bergantung pada alasan di balik keputusan tersebut. Jika pemotongan terjadi akibat perlambatan ekonomi yang signifikan, dampaknya terhadap pasar bisa berbeda dibandingkan jika dilakukan karena inflasi yang terkendali.

Peluang dan Tantangan bagi Investor

Meskipun optimisme pasar meningkat, investor tetap disarankan untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan. Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam menghadapi volatilitas pasar, terutama untuk aset-aset seperti Bitcoin, altcoin, dan saham AS.

Bagi investor yang lebih mengutamakan fundamental, memilih aset dengan kapitalisasi pasar terbesar dan performa terbaik menjadi langkah yang bijak. 

Di platform Reku, fitur Packs memungkinkan investor untuk berinvestasi pada crypto blue-chip dan ETF AS dengan performa terbaik hanya dalam sekali swipe, sehingga memudahkan diversifikasi portofolio. 

Selain itu, fitur Insights menyajikan analisis mendalam yang dapat membantu investor dalam mengambil keputusan berdasarkan data yang mudah dipahami.