Saham ASII, EXCL dan AMMN Paling Dilirik Investor Asing
- Saham ASII, EXCL dan AMMN laris manis menjadi buruan investor asing atau net buy. Hal ini terjadi seiring dengan penguatan IHSG sebesar 0,15% menuju level 7.099,26.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Astra International Tbk (ASII), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) pada perdagangan Senin, 13 Mei 2024, laris manis menjadi buruan investor asing atau net buy. Hal ini terjadi seiring dengan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 0,15% menuju level 7.099,26.
Berdasarkan data RTI Business, emiten konglomerasi otomotif bersandikan ASII mencatatkan transaksi net buy asing sebesar Rp83,7 miliar. Pencapaian tersebut bersamaan dengan cum date atau pembagian dividen tahun buku 2023 senilai Rp21 triliun.
Meski begitu, saham ASII ditutup melemah 0,98% ke level Rp5.075 per saham. Adapun frekuensi saham Astra berada di angka 23,418 dengan volume perdagangan 143,3 juta lembar dan nilai transaksi menyentuh Rp732,4 miliar.
Sementara itu, EXCL membukukan transaksi net buy asing sebesar Rp78,2 miliar. Sebagai emiten jaringan internet dan telekomunikasi, manajemen XL Axiata telah menyampaikan siap menjalin kolaborasi dengan Starlink yang baru-baru ini hadir di Indonesia.
Dalam hal pergerakan saham, nilai emiten bersandikan EXCL terpantau menguat 5,24% ke level Rp2.610 per saham. Adapun frekuensi sahamnya di angka 6.181 dengan volume perdagangan 66,8 juta lembar dan nilai transaksi mencapai Rp172,5 miliar.
Selanjutnya, AMMN yang merupakan emiten pertambangan afiliasi Grup Medco dan Salim ini berhasil menjaring transaksi net buy asing sebesar Rp54 miliar. Sepanjang kuartal I-2024, perseroan sukses meraup penjualan tembaga dan emas sebesar Rp9,78 triliun, naik tipis 0,71% secara tahunan.
Selain itu, saham AMMN terpantau melenting 3,42% ke level Rp9.825 per saham. Adapun frekuensi sahamnya di angka 6,428 dengan volume perdagangan 26,7 juta lembar dan nilai transaksi menembus Rp261,9 miliar.
Net Sell Masih Deras
Namun, mengacu data perdagangan kemarin, total transaksi jual bersih investor asing secara year-to-date dari yang sebelumnya semringah di level Rp1,49 triliun, kini terbalik menjadi net sell asing sebesar Rp530,7 miliar.
Perubahan situasi ini terjadi seiring dengan aksi jual saham yang masif oleh investor asing di seluruh pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan kemarin, menembus level Rp2,02 triliun.
Aksi net sell asing yang besar kembali menimpa saham-saham perbankan besar dengan nilai fantastis. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi yang terbesar dengan transaksi net sell asing sebesar Rp404,2 miliar.
Saham perbankan besar yang diobral asing selanjutnya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net sell senilai Rp249,9 miliar dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai penjualan mencapai Rp226,8 miliar.
Tekanan Saham Global
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengungkapkan tekanan di pasar saham global turut berdampak pada pasar saham domestik selama April 2024, dengan IHSG terkoreksi 0,53% ytd ke level 7.234,20 atau melemah 0,75 persen month-to-date.
“Terkait sentimen global, di Amerika Serikat (AS), Gross Domestic Product (GDP) AS melambat sebesar 1,6% quarter-to-quarter (qtq) dari sebelumnya 3,4%. Angka itu merupakan penurunan terendah dalam dua tahun terakhir, disebabkan oleh peningkatan impor yang signifikan,” jelas Inarno dalam Konferensi Pers RDK Bulanan, pada Senin, 13 Mei 2024.
Meskipun AS menunjukkan penguatan ekonomi yang lebih baik dari yang diperkirakan, harapan atas pemotongan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) semakin menurun karena ekspektasi suku bunga higher for longer.
“Di Eropa, ECB dan BOE dihadapkan pada dilema antara pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi, dengan pasar memprediksi penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan. Di China, meskipun terjadi pelemahan permintaan domestik, kinerja ekonomi masih di atas ekspektasi, memicu kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif,” jelasnya.
Inarno menamabahkan bahwa di dalam negeri, inflasi inti meningkat, menandakan pemulihan permintaan selama Pemilu dan Ramadan, sementara sektor manufaktur mengalami peningkatan kinerja dengan naiknya volume pesanan dan produksi baru.
“Penguatan ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 yang mencapai 5,11% year-on-year, didorong oleh pertumbuhan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 24,3% dan konsumsi pemerintah sebesar 19,9%,” tandasnya.