
Saham BBCA Tertekan di Tengah Kinerja Februari 2025 Solid, Bagaimana Prospeknya?
- Saham BBCA ditutup turun 1,71% ke level Rp8.600 per saham. Pelemahan ini membuat saham bank swasta tersebut terkoreksi 3,64% dalam sepekan terakhir dan melemah 13,13% secara year to date sejak awal 2025.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah pada perdagangan Senin, 17 Maret 2025, meskipun perseroan mencatat kinerja solid sepanjang Februari 2025. Kendati demikian, pertumbuhan laba yang positif tetap memperkuat prospek cerah bagi saham BBCA ke depan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, saham BBCA ditutup turun 1,71% ke level Rp8.600 per saham. Pelemahan ini membuat saham bank swasta tersebut terkoreksi 3,64% dalam sepekan terakhir dan melemah 13,13% secara year to date sejak awal 2025.
Di sisi kinerja keuangan, BBCA membukukan laba bersih bank-only sebesar Rp4,2 triliun pada Februari 2025, naik 12% YoY meskipun turun 10% MoM. Secara akumulatif, laba bersih selama dua bulan pertama 2025 tumbuh 8,4% YoY menjadi Rp9 triliun, melampaui estimasi konsensus.
- Ditutup Melemah 44 Poin, IHSG Berada di 6.471,95
- Dipimpin MBBA dan MDKA, LQ45 Hari Ini 17 Maret 2025 Menguat ke 729,35
- Profil Hotel Fairmont yang Menjadi Tempat Rapat RUU TNI di Tengah Efisiensi Anggaran
Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Everson Sugianto, mengungkapkan bahwa BCA mencatatkan Net Interest Margin (NIM) sebesar 5,9% hingga Februari 2025. Pendapatan bunga tumbuh 5% dari Rp14,15 triliun menjadi Rp14,86 triliun, sementara pertumbuhan kredit dan CASA masih di 4%.
“Cost of Credit (CoC) bank-only turun menjadi 0,05% pada Februari 2025, dibandingkan Januari 0,76% dan Februari 2024 sebesar 0,57%. Rata-rata CoC selama 2M25 berada di 0,4%, lebih tinggi dari target manajemen 0,3%,” jelasnya pada Senin.
Dari sisi likuiditas, kredit bank-only BBCA tumbuh 14% YoY hingga Februari 2025, melambat dibandingkan Januari yang tumbuh 15,1% YoY. Dana Pihak Ketiga (DPK) stagnan di 3,9% YoY, menyebabkan loan-to-deposit ratio (LDR) naik ke 80,6% bulan lalu.
Namun, tekanan terhadap NIM masih berlanjut. NIM bank-only turun ke 5,4% pada Februari 2025 dari 5,91% pada Januari, menandai level terendah sejak Februari 2024. Rata-rata NIM selama dua bulan pertama 2025 berada di 5,67%, di bawah target.
Penurunan NIM terutama disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang hanya mencapai Rp7,1 triliun (+4,8% YoY, -7,6% MoM). Sebagai perbandingan, pertumbuhan tahunan pada kuartal IV 2024 masih berada di kisaran 7–8%, lebih tinggi dari awal 2025.
Meski demikian, Net Interest Income (NII) masih tumbuh 6% YoY, didukung oleh beban bunga yang tetap rendah. Peningkatan loan yield menjadi salah satu strategi manajemen BBCA tahun ini untuk memperbaiki margin keuntungan di tengah tekanan industri.
Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas menilai kinerja BBCA hingga Februari tetap netral dengan NIM yang kuat dan biaya kredit rendah. Mereka tetap mempertahankan target harga Rp11.900 untuk saham BBCA, mengingat stabilitas fundamental perusahaan.
Senada, tim riset Verdhana Sekuritas juga mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp12.600. Target ini didasarkan pada analisis DuPont yang mempertimbangkan risk-free rate 6,5%, equity risk premium 7,8%, beta 0,8, dan CAR-adjusted ROAE 24,5%.
Target harga tersebut mengimplikasikan perkiraan price-to-book value (PBV) sekitar 5,4 kali. Verdhana Sekuritas menyebut BBCA sebagai bank dengan pertumbuhan laba bersih tertinggi di antara bank besar hingga Februari 2025, mengungguli pesaingnya.
Keberhasilan menjaga NIM di 5,7% dan biaya dana yang terkendali menjadi faktor utama. Biaya kredit tetap rendah di 40 basis poin, mencerminkan kualitas aset yang baik meskipun kondisi ekonomi masih penuh tantangan bagi industri perbankan nasional.