Saham BBNI hingga BBCA Terpukul Saat IHSG Terperosok, Ini Biang Keroknya
- Seluruh saham emiten perbankan jumbo penghuni Indeks LQ45 seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) hingga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami pelemahan.
Bursa Saham
JAKARTA – Seluruh saham emiten perbankan jumbo penghuni Indeks LQ45 seperti PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) hingga PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mengalami pelemahan kala Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi I Senin, 1 April 2024, diparkir jatuh sebesar 1,75%.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, meskipun saham-saham blue chip dalam Indeks LQ45 selama sesi pertama menjadi paling laris diburu investor, namun, indeks tersebut mengalami tekanan hingga melemah 2,22% ke level 964,05.
Saham blue chip adalah saham lapis satu di pasar saham yang memiliki fundamental bagus dan nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Berkaitan saham emiten perbankan jumbo yang paling terpukul pada sesi pertama ini, adalah BBNI dengan pelemahan 5,08%, disusul PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melemah 4,14%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melemah 3,31% dan BBCA melemah 2,23%.
Baca Juga: IHSG Sesi I Jatuh 1,75 Persen, Saham ACES Hingga MDKA Top Gainers LQ45
Selain itu, emiten sektor pertambangan yang tergabung dalam indeks LQ45 juga mengalami penurunan. Contohnya, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) turun 2,15%, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) turun 2,59%, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun 2,50%.
Secara umum, sebanyak 138 saham mencatat kenaikan nilai, sementara 472 saham mengalami penurunan, dan 164 saham lainnya stagnan pada sesi perdagangan hari ini. Total nilai transaksi mencapai Rp5,46 triliun, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp11.552 triliun.
Baca Juga: BNI (BBNI) Terbitkan Global Bond Senilai Rp7,94 Triliun
Penyebab IHSG Terperosok
Menyikapi situasi itu, Pilarmas Sekuritas mengindikasikan bahwa perhatian pasar masih terfokus pada sidang sengketa hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi.
Proses tersebut saat ini tengah memasuki tahap pendengaran keterangan saksi dan ahli. “Terlebih, mencuat beberapa nama menteri yang akan menjadi saksi,” tulis perusahaan efek tersebut dalam risetnya pada Senin, 1 April 2024.
Sementara itu, lanjut Pilarmas, indeks Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur S&P Global Indonesia mengalami kenaikan menjadi 54,2 pada bulan Maret 2024 dari angka 52,7 pada bulan Februari.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa tingkat inflasi pada bulan Maret 2024 mencapai 0,52%. “Inflasi tersebut disebabkan inflasi Ramadan seiring makanan, minuman dan tembakau serta transportasi. Sehingga secara tahun yoy inflasi di di level 3,05%,” papar Pilarmas.
Baca Juga: BCA jadi Merek Perbankan Terkuat di Dunia Versi Brand Finance
Dari lantai bursa Asia, kata Pilarmas, indeks saham Asia mengalami penguatan sejalan dengan respons pelaku pasar terhadap data aktivitas manufaktur dan jasa di Tiongkok pada bulan Maret tahun ini.
“Badan Statistik Nasional Tiongkok melaporkan bahwa indeks PMI Manufaktur NBS resmi di Tiongkok naik menjadi 50,8 pada Maret 2024 dari 49,1 pada Februari, sementara aktivitas jasa meningkat menjadi 53,0 pada Maret 2024 dari 51,4 pada bulan sebelumnya,” jelasnya.
Menurut Pilarmas, hal ini enunjukkan tanda-tanda peningkatan dalam produksi dan pesanan baru, yang secara positif mendorong pertumbuhan ekonomi. Sekaligus mencerminkan ekspansi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.Top of Form