Bank Rakyat Indonesia
Bursa Saham

Saham BBRI Tersandung Net Sell Asing di Tengah Pengumuman Dividen Interim, Segini Target Sahamnya

  • Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami net sell asing meskipun perseroan mengumumkan pembagian dividen interim yang cukup besar. Lantas, bagaimana prospek saham emiten perbankan ini?

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami net sell asing meskipun perseroan mengumumkan pembagian dividen interim yang cukup besar. Lantas, bagaimana prospek saham emiten perbankan ini?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan Senin, 16 Desember 2024, saham BBRI tercatat menguat sebesar 1,92% ke level Rp4.250 per saham. Kenaikan ini berhasil mengangkat saham BBRI yang selama seminggu terakhir cenderung tertekan.

Namun, meskipun ada pengumuman dividen, saham BBRI terlihat banyak dilepas oleh investor asing, dengan total transaksi net sell mencapai Rp341,6 miliar. Net sell yang signifikan ini terjadi bersamaan dengan pengumuman pembagian dividen interim senilai Rp20,46 triliun.

Sebagai informasi, nilai dividen interim BBRI ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang hanya membagikan Rp12,7 triliun. Dengan jumlah saham yang beredar yang mencapai 151.559.001.604 unit saham, setiap pemegang saham akan mendapatkan dividen sebesar Rp135 per saham. 

Terkait rekomendasi saham BBRI, berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 33 analis merekomendasikan Buy (Beli) saham BBRI, dua analis merekomendasikan Hold, dan hanya satu analis yang merekomendasikan Sell. 

Konsensus para analis menghasilkan target harga Rp5.629 per saham. Jika mengacu harga saat ini, maka investor berpeluang memperoleh cuan sebesar 32,45%. Sementara itu, bertepatan dengan pembagian dividen tampak beberapa broker telah mengakumalasi saham ini. 

Pertama, CLSA Sekuritas Indonesia yang menggunakan kode KZ pada perdagangan awal pekan ini, terpantau memborong saham BBRI senilai Rp98,8 miliar. Ini diikuti oleh Mandiri Sekuritas yang mengeluarkan dana sebesar Rp67,8 miliar, serta Indo Premier Sekuritas yang membeli saham BBRI senilai Rp62,3 miliar.

Asal tahu saja, cum dividen BBRI di pasar reguler dan negosiasi akan berlangsung pada 24 Desember 2024, sementara cum dividen di pasar tunai akan terjadi pada 30 Desember 2024. Ex dividen di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 27 Desember 2024. 

Sementara itu ex dividen di pasar tunai akan dilakukan pada 2 Januari 2025. Tanggal pencatatan untuk pemegang saham yang berhak menerima dividen adalah pada 30 Desember 2024, dan pembayaran dividen akan dilakukan pada 15 Januari 2025.

Manajemen BRI menjelaskan bahwa pembagian dividen interim ini didasarkan pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk hingga kuartal III 2024, yang mencapai Rp45,06 triliun. Selain itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya mencapai Rp220,31 triliun, dengan total ekuitas sebesar Rp329,47 triliun.

Kinerja BBRI

Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mencatatkan laba bank hanya sebesar Rp41,67 triliun hingga kuartal III 2024, yang tumbuh 6,85% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan Rp39 triliun pada periode yang sama tahun lalu. 

Diketahui Laba konsolidasi BRI mencapai Rp45,06 triliun pada kuartal III 2024, yang tumbuh 2,44% YoY dari Rp43,99 triliun. Dengan memasukkan laba untuk kepentingan non-pengendali, laba konsolidasi BRI tercatat mencapai Rp45,36 triliun, meningkat dari Rp44,21 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

BRI kembali mencatatkan kinerja positif meskipun menghadapi dinamika ekonomi global dan tantangan ekonomi domestik. Direktur Utama BRI, Sunarso, menyampaikan bahwa ketangguhan bank dalam menghadapi berbagai tantangan ini merupakan hasil dari fundamental bisnis yang kuat.

Adapun rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) BRI terkendali, dengan NPL gross sebesar 3,04% dan NPL net sebesar 0,84%, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni 3,23% dan 0,73%.

Bank yang dikenal sebagai "Banknya Wong Cilik" ini juga berhasil menghimpun dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp1.357,53 triliun hingga akhir September 2024, yang tumbuh 0,36% dibandingkan dengan Rp1.352,68 triliun pada akhir September 2023.