Saham BBRI Tertekan 23 Persen, Masih Menarik untuk Investasi Jangka Panjang?
- Saham BBRI mengalami penurunan 23% sepanjang 2024, tetapi dengan dividen konsisten dan valuasi menarik, saham ini masih layak dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menawarkan harga yang menarik karena diskon yang cukup terjangkau. Selain itu, emiten perbankan yang berstatus plat merah ini juga konsisten membagikan dividen setiap tahunnya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan sesi pertama Rabu, 4 Desember 2024, sekitar pukul 10.31 WIB saham BBRI ada di level Rp4.330 per saham. Nilai emiten tersebut mencerminkan kenaikan 2,12% dari pembukaan perdagangan.
Dari sisi transaksi, sebanyak 189,94 juta saham BBRI telah diperdagangkan dengan frekuensi 24.872 kali, dan nilai transaksi mencapai Rp815,53 miliar. Tren kenaikan saham BBRI juga terlihat pada perdagangan sebelumnya, di mana saham perseroan ditutup di zona hijau dengan penguatan sebesar 1,68%.
- Profitabilitas Tinggi di Akhir Tahun, Broker Mulai Cicil Saham Telkom (TLKM)
- Dibandingkan dengan Miftah Maulana, Siapa Sebenarnya Niken Salindry?
- Sumber Harta Gus Miftah yang Viral karena Hina Bakul Es Teh
Namun, jika merujuk catatan sepanjang tahun ini, saham BBRI masih tertekan cukup dalam, dengan pelemahan sebesar 23,70%. Hal ini menjadikannya salah satu saham big banks yang mengalami penurunan terbesar tahun ini.
Sebelumnya, Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Rachmat Tyas Raharja mengungkapkan bahwa harga saham BBRI sedang menawarkan entry point yang menarik, terutama untuk investasi dengan jangka waktu yang lebih long term meski masih sulit untuk memprediksi kapan foreign outflow akan mereda ataupun valuasi mencapai titikbottom-nya.
“Pandangan kami tersebut didasarkan oleh valuasi BRI (BBRI) saat ini yang hampir menyentuh level terendahnya dalam 10 tahun terakhir (di luar periode pandemi), perbaikan pada fundamental, dan dividend yield sudah cukup menarik dengan hampir menyentuh level 8%,” jelasnya dalam ulasannya pada 25 November 2024, lalu.
Ia melanjutkan, manajemen BBRI mengisyaratkan bahwa perseroan berada di posisi yang cukup kuat untuk meningkatkan dividend payout ratio hingga 85% atau lebih (vs. 2023: 80%), bergantung pada persetujuan pemegang saham.
Jika BBRI dapat mencapai laba bersih tahun buku 2024 sebesar Rp61 triliun sesuai ekspektasi konsensus, maka dividend payout sebesar 85% setara dengan dividend yield sebesar 7,8% berdasarkan harga Rp4.400/saham per penutupan bursa 22 November 2024. “Dividen tentu tak perlu diragukan lagi,” jelasnya.
Sementara itu, hingga Oktober 2024, BBRI sukses mencatatkan laba bersih bank-only sebesar Rp45,7 triliun, meningkat 5,3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Namun, laba bulan Oktober 2024 tercatat menurun menjadi Rp4,1 triliun, turun 8,2% YoY dan 26% dibandingkan bulan sebelumnya.
Penurunan laba ini terutama disebabkan oleh kenaikan credit cost yang mencapai 3,15%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan beban provisi menjadi Rp3,2 triliun pada Oktober 2024 (+83% YoY) juga turut menekan laba bersih bulanan.
Meskipun demikian, secara operasional, Pre-Provision Operating Profit (PPOP) BBRI tetap solid di angka Rp8,5 triliun. Selain itu, Net Interest Margin (NIM) BBRI juga mengalami penurunan, turun menjadi 6,28% pada Oktober 2024.
Rata-rata NIM sepanjang 10M24 tercatat sebesar 6,34%, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 6,73%. Penurunan ini seiring dengan pergeseran aset ke instrumen yang memberikan yield lebih rendah, seperti penempatan dana pada Bank Indonesia.