Saham BBTN Ngegas di Tengah Koreksi Himbara, Apa Pemicunya?
- Saham Himbara terpantau kompak melemah dengan penurunan terdalam dirasakan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) koreksi 3,31% ke level Rp6.225 per saham,
Korporasi
JAKARTA - Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) terpantau melenting di tengah koreksi saham Himpunan Bank Negara (Himbara) pada perdagangan Senin, 8 Juli 2024. Pada perdagangan itu saham BBTN berhasil melesat 2,34% ke level Rp1.310 per saham.
Sementara itu, saham Himbara terpantau kompak melemah dengan penurunan terdalam dirasakan oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) koreksi 3,31% ke level Rp6.225 per saham, disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terdepresiasi 1,04% ke level Rp4.750 per saham dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) menguap 0,65% ke level Rp4.670 per saham.
Lantas, apa yang menjadi pemicunya? Bukankah ini hanya merupakan koreksi harga saham pada umumnya? Yazid Muammar, seorang pengamat pasar modal mengatakan, pernyataan manajemen BBTN soal pembatalan akuisisi PT Bank Muamalat Tbk direspons positif oleh pasar.
- Likuiditas Tengah Ketat, Risiko Kredit Bank dalam Pengawasan Khusus Alami Penyusutan
- Himbara Berebut Sumber Dana dengan Pemerintah karena Likuiditas yang Mengetat
- Prospek Saham UNTR di Tengah Melemahnya Mata Uang Rupiah
“Saham BBTN bergerak melambat dalam tiga bulan terakhir dibandingkan Bank BUMN lainnya yang sudah lebih dulu rebound. Pemberatnya adalah ketidakpastian isu akuisisi Muamalat,” katanya pada Senin, 8 Juli 2024.
Yazid bilang, bagi investor aksi ini bernilai signifikan karena terkait harga wajar Muamalat dan kebutuhan investasi baru yang perlu diinjeksi ke bank hasil akuisisi ini. “Jadi, investor memilih wait and see hingga informasi final muncul," tambahnya.
Sebelumnya, Direktur Utama BBTN Nixon Napitupulu dalam Rapat Dengar Pendapat DPR hari Senin, 8 Juli 2024, mengatakan bahwa perseroan tidak akan melanjutkan proses akuisisi Bank Muamalat. Kendati begitu, ia tidak menjelaskan pembatalan aksi korporasi tersebut.
Nixon bilang hal tersebut guna menghormati perjanjian dengan pihak yang akan diakuisisi. Di sisi lain, informasi pembatalan ini juga telah disampaikan kepada Kementerian BUMN selaku pemegang saham pengendali BBTN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kami tetap harus menjaga kesepakatan bersama mereka (Bank Muamalat). Tapi secara umum, kami sampaikan tidak akan meneruskan proses akuisisi,” ujar Nixon dalam Rapat Dengar Pendapat DPR.
Modal Spin Off
Sebagai informasi, aksi korporasi tersebut awalnya dirancang oleh emiten bersandi BBTN sebagai bagian dari upaya pemisahan atau spin off unit usaha syariah (UUS) mereka, yakni BTN Syariah, menjadi bank umum syariah (BUS).
Hal ini sesuai dengan POJK No. 12 Tahun 2023 yang mewajibkan setiap unit usaha syariah yang memiliki aset sebesar Rp50 triliun atau 50% dari total aset induknya untuk melakukan spin off. Lantas apa yang dilakukan BBTN selanjutnya?
Nah, ada kabar bahwa BBTN akan kembali membuka opsi akuisisi PT Bank Victoria Syariah. Saat ini, saham PT Bank Victoria Syariah dimiliki 80,2% oleh PT Victoria Investama Tbk (VICO) dan 19,8% oleh PT Bank Victoria International Tbk (BVIC).
Namun, hingga sekarang BBTN menegaskan masih belum ada langkah lanjutan terkait akuisisi Bank Victoria Syariah. Sejatinya, akuisisi bank tersebut juga sudah munyeruak sejak tahun lalu, dan hilang begitu saja tertutup kabar akuisisi Bank Muamalat.
- Harga Nikel Bebani Laba INCO, Analis Ungkap Prospeknya
- Link Live Streaming Rumania Vs Belanda di 16 Besar Euro 2024
- Konflik Berlanjut! Bank Artha Graha Milik Tomy Winata Layangkan Gugatan PKPU ke Supermal Karawaci
Kendati begitu, menurut Nixon, BBTN telah mempersiapkan langkah spin off BTN Syariah, termasuk modal bagi bank umum syariah hasil spin off tersebut. "Kami siapkan spin off UUS sebesar Rp1,5 triliun hingga Rp6 triliun untuk total modal," jelasnya.
Modal tersebut disiapkan BBTN agar bank hasil spin off tersebut masuk ke dalam kategori minimal Kelompok Bank dengan Modal Inti (KBMI) II. Berdasarkan timeline, penyediaan modal bagi bank hasil spin off bank syariah BTN akan dilakukan pada semester I-2025.
Prospek Saham
Terkait prospek saham BBTN, analis Mandiri Sekuritas Kresna Hutabara dan Boby Kristianto Chandra menyatakan bahwa meskipun ROE BTN masih tertekan, kinerja secara struktural telah menunjukkan perbaikan dari bulan ke bulan.
Ini terlihat dari keberhasilan BTN mempertahankan pertumbuhan kredit sebesar 14% hingga Mei 2024. "Kami memandang bahwa program berlanjutnya penjualan aset-aset bermasalah pada semester II tahun ini diharapkan dapat menurunkan NPL perseroan secara signifikan," tulis mereka dalam riset.
Faktor-faktor tersebut mendorong Mandiri Sekuritas untuk tetap mempertahankan rekomendasi beli saham BBTN dengan target harga Rp1.800 per saham. Dengan harga penutupan saham BBTN, terdapat potensi penguatan sebesar 35 persenan ke atas.