<p>Karyawan melayani nasabah di gerai BCA Mal Gandaria City, Jakarta Selatan, Kamis, 22 Oktober 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Saham BCA Hasil Stock Split Resmi Ditransaksikan, BBCA Lebih Terjangkau Investor Ritel

  • Pada sesi I perdagangan hari ini, saham BBCA hasi stock split terpantau parkir di level Rp7.320 per lembar.
Pasar Modal
Muhamad Arfan Septiawan

Muhamad Arfan Septiawan

Author

JAKARTA - Emiten blue chip PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) resmi memperdagangkan harga saham baru pada hari ini. Aksi korporasi stock split dengan rasio 1:5 membuat nilai nominal saham BBCA terpangkas dari Rp62,5 menjadi Rp12,5.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan harga ini stock split membuat sham BBCA lebih bisa dijangkau oleh investor ritel. Dengan begitu, dirinya mengharapkan semakin banyak investor, terutama lokal, bisa berinvestasi di bank swasta terbesar ini.

“Harga saham baru ini relatif terjangkau dan mendapat sambutan positif dari investor. Perseroan berkomitmen setelah aksi korporasi ini untuk tetap menjadi solidaritas fundamental BCA melalui pertumbuhan kinerja yang berkesinambungan,” jelas Jahja dalam keterangan tertulis yang diterima TrenAsia.com, Rabu, 13 Oktober 2021.

Pada sesi I perdagangan hari ini, saham BBCA hasi stock split terpantau parkir di level Rp7.320 per lembar.  Di tengah aksi korporasi ini, BCA masih bisa menjaga kinerja keuangan secara stabil. Laba bersih BBCA pada semester I-2021 melesat 18% year on year (yoy). 

BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8% yoy menjadi Rp28,3 triliun pada semester I-2021. Di sisi lain, pendapatan selain bunga menurun tipis 1,2% yoy menjadi Rp10,2 triliun. 

Pendapatan fee dan komisi naik 7,5% yoy, mencapai level yang sudah lebih tinggi dibandingkan dengan level pra-pandemi. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp38,5 triliun atau naik 2,4% dari tahun lalu.

Permodalan BCA tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 25,3%, lebih tinggi dari ketentuan regulator. Serta kondisi likuiditas yang memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4%. 

Dari segi intermediasi, kredit tumbuh 0,8% year to date (ytd), ditopang oleh segmen korporasi dan KPR yang naik masing-masing 2,1% dan 3,8%. Sementara itu, kredit komersial dan UKM mulai mengalami perbaikan pada triwulan II 2021 secara kuartalan (quarter to quarter/qtq).

Adapun, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga sebesar 2,4% didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi. Rasio return on asset (ROA) tercatat sebesar 3,1%, dan rasio return on equity (ROE) sebesar 16,6%.