logo
Aktifitas pelayanan perbankan di salah satu cabang BSI kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Saham BRIS Terus Menguat Seiring Lonjakan Laba, Apa yang Perlu Diperhatikan?

  • Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menguat setelah laporan kinerja 2024 mencatatkan laba bersih Rp7 triliun. Simak proyeksi saham BRIS untuk 2025, potensi kenaikan harga 17,45%, tantangan terkait margin bunga bersih, dan analisis dari Samuel Sekuritas serta Mandiri Sekuritas.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terus menguat setelah laporan kinerja 2024 yang menunjukkan pertumbuhan laba bersih sebesar 22,83%, mencapai Rp7 triliun. Lantas, bagaimana target saham dan proyeksi untuk tahun ini?

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan sesi pertama Jumat, 7 Februari 2025, pukul 10.17 WIB, saham BRIS tercatat menguat 3,82% ke level Rp2.980. Secara year-to-date, saham ini juga mengalami kenaikan sebesar 7,19% dan 26% selama satu tahun terakhir.

Analis Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi dan Brandon Budhiman, dalam riset yang diterbitkan pada Kamis, 6 Februari 2025, menyoroti penguatan saham BRIS sepanjang tahun lalu. Mereka mengungkapkan kemungkinan adanya profit taking oleh investor, yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham BRIS ke depan.

Meski demikian, investor tak perlu khawatir, karena harga saham BRIS masih jauh dari target yang ditetapkan oleh Samuel Sekuritas, yaitu Rp3.600 per saham. Dengan target harga tersebut, terdapat potensi kenaikan sebesar 17,45%.

Selain potensi profit taking, Samuel Sekuritas juga mencatat adanya tantangan terkait tekanan terhadap margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM). “BRIS kemungkinan perlu mencari tambahan pendanaan untuk mendukung pertumbuhan pembiayaan yang agresif, yang dapat berdampak pada profitabilitasnya,” ungkapnya.

Namun, BRIS masih memiliki peluang besar untuk terus berkembang, mengingat tingkat penetrasi perbankan syariah di Indonesia masih tergolong rendah. Dengan kondisi ini, BRIS berpotensi menarik lebih banyak nasabah dari bank konvensional dan memperkuat pertumbuhan pembiayaannya, yang pada akhirnya dapat mendorong kinerja pasar yang semakin baik.

Hal ini senada dengan pandangan Mandiri Sekuritas yang menilai bahwa eksekusi strategi yang kuat oleh bank dan pemangku kepentingannya telah memastikan kepemimpinan franchise perbankan syariah BRIS sebagai elemen kunci untuk keunggulan pengembalian pemegang saham jangka panjang.

Untuk itu, Mandiri Sekuritas juga menetapkan rekomendasi beli terhadap saham BRIS dengan target harga Rp3.300 per saham. “Pendapatan tumbuh 23% YoY pada FY24, karena bank mencatatkan pertumbuhan pinjaman sebesar 16%, meningkatkan pendapatan non-bunga sebesar 34%, dan memperbaiki biaya kredit sebesar 42 bps menjadi 0,8%,” jelas Mandiri Sekuritas dalam risetnya.

Selain itu, Samuel Sekuritas juga mencatat bahwa strategi BRIS yang fokus pada segmen berbasis gaji terbukti efektif dalam menekan biaya provisi hingga turun hampir setengahnya dibandingkan tahun lalu. Akibatnya, biaya kredit (Cost of Credit/CoC) turun menjadi 0,78%, atau lebih rendah sekitar 43 basis poin dari sebelumnya.

Namun, meskipun laba operasional mengalami kenaikan sebesar 10,8% dalam tiga bulan terakhir, keuntungan sebelum provisi (Pre-Provision Operating Profit/PPOP) justru mengalami sedikit penurunan sekitar 1,3%.

“Penyebab utamanya adalah meningkatnya biaya operasional yang naik sekitar 18,2% dalam periode yang sama, sehingga rasio biaya terhadap pendapatan (Cost-to-Income Ratio/CIR) melonjak menjadi 55,9%, naik sekitar 450 basis poin dibandingkan kuartal sebelumnya,” tutup Samuel Sekuritas.