PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
Korporasi

Saham BRPT Siap Melaju Kencang Usai Didorong Beberapa Katalis Ini

  • Strategi diversifikasi bisnis yang dimiliki BRPT memungkinkan perusahaan ini untuk mengurangi risiko usaha, berbeda dengan BREN yang fokus pada pengembangan energi panas bumi dan energi angin.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) memiliki potensi keunggulan untuk dikoleksi dari sekian emiten Prajogo Pangestu. Pasalnya, sepanjang tahun ini, nilai emiten yang bergerak di bidang batu bara ini masih melemah 20,09%, yang artinya bisa menjadi peluang bagi investor. 

Sementara itu, analis Sucor Sekuritas, Andreas Yordan Tarigan, dalam risetnya menjelaskan bahwa BRPT merupakan proksi terdekat untuk saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), yang juga dimiliki Prajogo Pangestu.

“BRPT merupakan proksi saham BREN dan TPIA dengan proposisi nilai yang lebih unggul dan diversifikasi risiko paling baik. Saat ini, saham BRPT diperdagangkan terdiskon 90% dari nilai pasar anak usahanya. BRPT juga terbukti menjadi perusahaan dengan kinerja luar biasa,” jelasnya. 

Asal tahu saja, Prajogo Pangestu diketahui sebagai pengendali utama saham grup Barito, dengan kepemilikan sebesar 71,1% pada PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Di sisi lain, BRPT menguasai 69,64% saham BREN dan memiliki 30,06% TPIA.

Strategi diversifikasi bisnis yang dimiliki BRPT memungkinkan perusahaan ini untuk mengurangi risiko usaha, berbeda dengan BREN yang fokus pada pengembangan energi panas bumi dan energi angin. Sementara itu, TPIA berperan sebagai perusahaan produsen petrokimia yang lebih terfokus dalam satu sektor.

Andreas mengungkapkan ada empat katalis yang menjadi alasan utama mengapa saham BRPT sudah harus dilirik. Pertama, valuasi BRPT akan terdongkrak signifikan setelah TPIA menuntaskan akuisisi Shell di Singapura. 

“Kedua, keberhasilan TPIA menerapkan value cration anak usahanya Chandra Daya Investasi (DCI) yang bergerak di bidang pelabuhan, Ketiga, comersial power plant  Indo raya Tenaga dengan kapsitas 2.000 MW. 

Keempat, kata Andreas, emiten bersandikan BRPT akan mendapatkan tambahan pendapatan baru dari perusahaan patungan bidang properto, sebuah perusahaan patungan Patimbang dan Cikupa.

“Selain empat faktor fundamental tersebut, kami melihat bahwa masuknya saham BREN dalam perhitungan FTSE Global Equity Indek bisa menjadi sentiment positif. BREN juga berpotensi masuk dalam perhitungan MSCI, sehingga bisa berimbas positif terhadap saham BRPT,” tulisnya dalam riset tersebut

Terkait akuisisi Shell Singapura oleh TPIA, dia mengatakan, berpotensi mendongkrak pendapatan TPIA hingga lima kali lipat pada 2025. Hal ini diharapkan menjadikan TPIA berbalik catatkan keuntungan mulai tahun depan. 

Selain itu, TPIA berpotensi menciptakan unlock value CDI, perusahaan bidang pelabuhan, dari sebelumnya nol menjadi US$ 1 miliar setelah berhasil menuntaskan spin off dan berpotensi mengakuisisi sebanyak 51% saham Chandra Pelabuhan Nusantara.

Sementara itu, untuk segmen bisnis pembangkit listrik dan properto, dia mengatakan, dua segmen ini diharapkan menjadi mesin pertumbuhan laba perseroan ke depan. Pembangkit listrik dengan kapasitas 2.000 MW ditargetkan beroperasi tahun depan. 

“Perusahaan asosiasi ini diharapkan berkontribusi senilai US$ 51 juta terhadap pendapatan perseroan. Perseroan juga akan mendapatkan tambahan pendapatan dari perusahaan property, yaitu penjualan lahan industry dan perumahan di Patimban dan Cikupa dengan target kontribusi tahun depan,” jelasnya. 

Berbagai faktor tersebut mendorong Sucor Sekuritas merevisi naik target harga saham BRPT menjadi Rp3.500 dengan rekomendasi dipertahankan beli. Jika mengacu perdagangan sesi pertama hari ini, saham BRPT yang ditutup di level Rp1.095 per sama, maka terbuka peluang penguatan sebanyak di atas 200%.