Saham CPIN, JPFA, MAIN, Potensi Cuan Besar dari Emiten Peternakan di 2025
- Prospek industri ini sangat menjanjikan. Faktor pendukungnya meliputi perbaikan keseimbangan antara permintaan dan pasokan, harga bahan baku pakan ternak yang lebih stabil, serta valuasi saham yang tergolong murah.
Bursa Saham
JAKARTA – Saham perusahaan peternakan dan pakan ayam diperkirakan akan tumbuh pesat pada tahun 2025. Peningkatan ini didorong oleh naiknya permintaan masyarakat dan pengendalian pasokan daging ayam yang membantu mengurangi masalah oversupply di pasaran.
Riset terbaru dari BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan pembelian saham dari tiga perusahaan utama di sektor ini, yaitu PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Malindo Feedmill Indonesia Tbk (MAIN).
BRI Danareksa Sekuritas menempatkan saham CPIN di urutan pertama, dengan target harga Rp6.700 per saham. Perusahaan ini adalah yang terbesar di sektor ini, dengan nilai pasar mencapai Rp80,8 triliun.
- IHSG Hari Ini 13 Desember 2024 Ditutup Melemah 69 Poin
- Hanya 13 Saham Terkerek, LQ45 Hari Ini 13 Desember 2024 Melemah ke 865,71
- Lucky Strike: Dari Peran di Perang Dunia II Hingga Kejayaan Pemasaran Global
Saham CPIN cocok bagi investor yang menginginkan stabilitas, meskipun valuasinya lebih mahal dibandingkan dengan perusahaan lainnya. "Dengan rasio P/E 23,3 kali pada 2024 dan 20,1 kali pada 2025, serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) sebesar 13,3%, CPIN menjadi pilihan andal untuk investasi jangka panjang," jelasnya dalam riset dikutip pada Jumat, 13 Desember 2024.
Sementara itu, emiten bersandikan JPFA memiliki target harga Rp2.800 dengan nilai pasar Rp22,6 triliun. Saham ini menarik karena valuasinya lebih rendah dengan P/E hanya 7,6 kali pada 2024 dan 7,2 kali pada 2025. “Selain itu, JPFA mencatat efisiensi tertinggi dengan ROE sebesar 18,6% pada 2025, menjadikannya pilihan menarik bagi investor yang mengincar pertumbuhan dengan valuasi terjangkau,” jelasnya.
Selanjutnya, MAIN, dengan target harga Rp1.900, menjadi pilihan paling murah dengan nilai pasar Rp1,8 triliun. Saham ini memiliki rasio P/E hanya 4 kali pada 2024 dan 3,9 kali pada 2025, menjadikannya sangat undervalued. “Dengan ROE sebesar 14,7%, MAIN menawarkan potensi keuntungan besar bagi investor yang bersedia mengambil risiko lebih tinggi,” ungkapnya.
Menurut analis Victor Stefano dan Wilastita Muthia Sofi dari BRI Danareksa Sekuritas, prospek industri ini sangat menjanjikan. Faktor pendukungnya meliputi perbaikan keseimbangan antara permintaan dan pasokan, harga bahan baku pakan ternak yang lebih stabil, serta valuasi saham yang tergolong murah. Saat ini, saham-saham di sektor ini diperdagangkan di bawah rata-rata lima tahun terakhir, sehingga menjadi peluang menarik bagi investor.
Selain itu, harga anak ayam usia sehari (DOC) dan ayam hidup diprediksi akan naik pada 2025. Pasokan ayam yang berlebih diperkirakan turun menjadi hanya 14% dari kebutuhan nasional sebesar 2,8 juta ekor, lebih rendah dari 22% pada 2024.
“Penurunan impor indukan ayam (GPS) sebesar 15% dan peningkatan permintaan sebesar 5% juga menjadi pendorong utama pertumbuhan. Program pemerintah untuk mendukung makanan bergizi gratis (MBG) diperkirakan turut meningkatkan permintaan daging ayam,” jelasnya.
Meski demikian, sektor ini tetap menghadapi tantangan berupa kenaikan harga bahan baku yang dapat menekan margin keuntungan pada bisnis pakan ternak. Namun, analis optimistis bahwa tantangan ini dapat dikelola dengan baik melalui efisiensi operasional.
Dengan semua faktor tersebut, saham CPIN, JPFA, dan MAIN direkomendasikan untuk dibeli. Investor disarankan memilih saham yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi mereka. Sektor peternakan dan pakan ayam memiliki peluang cerah untuk memberikan keuntungan yang signifikan pada 2025.