Saham Emas BRMS, ANTM dan MDKA Kompak Merah, Apa Penyebabnya?
- Sejumlah emiten pertambangan emas seperti BRMS, ANTM, dan MDKA kompak diparkir di zona merah. Hal ini dapat dikaitkan pelemahan harga logam mulia pada Jumat akhir pekan lalu.
Bursa Saham
JAKARTA – Sejumlah emiten pertambangan emas seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terpantau kompak berada di zona merah pada perdagangan sesi pertama, Senin, 10 Juni 2024.
Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, menilai merahnya saham emiten emas dalam perdagangan hari ini dipengaruhi oleh sentimen melemahnya harga logam mulia sebesar 3,7% ke level US$2.292,71 per troy ounce pada Jumat, 7 Juni 2024.
Hendriko bilang, penurunan tersebut didorong oleh menurunnya ekspektasi market atas prospek pemangkasan suku bunga The Fed seiring data tenaga kerja AS yang kuat. “Penurunan harga emas menjadi katalis negatif jangka pendek bagi emiten produsen emas seperti BRMS, PSAB, MDKA, ARCI dan ANTM,” jelasnya dalam riset pada Senin, 10 Juni 2024.
- Adu Kinerja 4 Emiten MNC Group Penghuni Papan Pemantauan Khusus
- Bisnis Tambang NU Dinilai Rintangi Transisi Energi
- Mengapa Nilai Pasar Pemain Inggris di Euro 2024 Sangat Mahal?
Meskipun mengalami penurunan, lanjut dia, harga emas tetap berada dalam tren naik dan masih berpotensi menguat kembali, terutama jika inflasi di AS melandai dan meningkatkan optimisme investor terhadap penurunan suku bunga.
Hendriko menambahkan, situasi ini bisa menjadi peluang bagi investor untuk melakukan buy on weakness pada saham-saham produsen emas. Data RTI Business menunjukkan, saham BRMS menjadi emiten penambang emas yang mengalami pelemahan terdalam sebesar 3,47% ke level Rp139 per saham.
Arah Saham Emas
Pada perdagangan sesi pertama ini, saham BRMS telah ditransaksikan sebanyak 172 juta lembar dengan total nilai transaksi sebesar Rp24 miliar. Adapun frekuensi saham yang masih merupakan Grup Bakrie ini di angka 3.315.
Selanjutnya, saham PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) diparkir dengan pelemahan 2,90% ke level Rp268 per saham. Dari sisi transaksi, saham ini telah diperdagangkan 1 juta lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp468 juta.
Selain penambang swasta, tekanan saham emas juga dirasakan emiten plat merah ANTM yang diparkir 2,69% ke level Rp1.265 per saham. Adapun nilai transaksi saham ini tembus Rp48 miliar dengan total volume perdagangan 37 juta lembar saham.
Tekanan juga menyasar PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) yang terpantau diparkir menguap 1,80% ke level Rp158 per saham. Adapun frekuensi saham ini berada di angka 5.288 dengan total transaski sepanjang sesi pertama menembus Rp7 miliar.
Dari seluruh saham yang tertekan, saham MDKA menjadi satu-satunya emiten emas yang mengalami pelemahan paling tipis, yakni 0,80% ke level Rp2.480 per saham. Mengenai volume perdagangan saham ini di level 12 juta lembar dan total transaksi mencapai Rp32 miliar.
Harga Emas Akhir Pekan Lalu
Data dari US Bureau of Labor Statistics, pada Jumat pekan lalu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa non-farm payroll (tingkat ketenagakerjaan di luar sektor pertanian) bertambah sebanyak 272.000 pada Mei 2024, dibandingkan 165.000 pada April 2024, melampaui ekspektasi konsensus yang berada di level 185.000.
CME FedWatch Tool menilai, setelah rilis data tersebut, probabilitas The Fed untuk memulai pemangkasan suku bunga pada September 2024 menurun menjadi 50,5% dibandingkan 54,8% pada minggu sebelumnya.
Selain itu, pelemahan harga emas juga dipengaruhi oleh data cadangan emas bullion milik bank sentral China yang tidak berubah pada Mei 2024, menandakan berakhirnya tren pembelian selama 18 bulan terakhir.