<p>Ilustrasi industri pertambangan. / Pixabay</p>
Pasar Modal

Saham Emiten-emiten Pertambangan Kompak Merosot, Ini Penyebabnya

  • Menurut pantauan Trading View, Selasa, 10 Januari 2023, sejumlah emiten pertambangan berkapitalisasi pasar terbesar tampak mencatat penurunan harga saham jika dihitung dari penutupan harga pada akhir tahun hingga penutupan 10 Januari 2023.

Pasar Modal

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Saham emiten-emiten energi kompak merosot saat memasuki tahun 2023 dan turut berdampak kepada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Menurut pantauan Trading View, Selasa, 10 Januari 2023, sejumlah emiten pertambangan berkapitalisasi pasar terbesar tampak mencatat penurunan harga saham jika dihitung dari penutupan harga pada akhir tahun hingga penutupan 10 Januari 2023.

Penurunan yang paling dalam dialami oleh PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang harga sahamnya merosot hingga 18,4% secara year-to-date (ytd) dari Rp3.850 menjadi Rp3.140 perlembar.

Anak usaha ADRO, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) pun mengalami kemerosotan yang cukup tajam, yakni sebesar 10,6% ytd dari Rp1.695 ke Rp1.515 perlembar.

Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) pun terpantau melemah 12,4% ytd dari Rp605 ke Rp530 perlembar.

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pun tak luput dari pelemahan, yang mana perseroan mencatat penurunan harga saham sebesar 11,8% ytd dari Rp161 ke Rp142 perlembar.

Selanjutnya, PT Atlas Resources Tbk (ARII) juga menukik ke bawah dengan persentase 12,8% ytd dari Rp296 ke Rp258 perlembar.

Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengalami penurunan harga saham sebesar 8,9% ytd dari Rp3.690 ke Rp3.360 perlembar, sedangkan PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) mengalami penurunan 7,5% ytd dari Rp39.025 ke Rp36.100 perlembar.

PT Indika Energy Tbk (INDY) juga mencatat penurunan harga saham sebesar 7,3% ytd yang mana angkanya merosot dari Rp2.730 ke Rp2.530 perlembar.

Dalam rentang waktu yang sama, indeks energi (IDXENERGY) pun terpantau merosot 7,6% secara ytd dari 2.279 pada penutupan 30 Desember 2022 ke 2.106 pada penutupan 10 Januari 2023.

Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Martha Christina mengatakan, kinerja saham emiten pertambangan saat ini tengah tertekan karena tumbuhnya potensi resesi yang menyelimuti perekonomian global.

Potensi tersebut pada gilirannya turut melemahkan permintaan dan menyebabkan penurunan harga komoditas sehingga kinerja emiten pertambangan dalam negeri pun ikut tertekan dan pada gilirannya turut berdampak kepada IHSG.

"Proyeksi pelemahan harga komoditas ini membuat pasar Indonesia tertekan," ujar Martha dalam acara Media Day Mirae Asset Sekuritas di Jakarta, Selasa, 10 Januari 2023.

Sementara itu, menurut hasil riset Samuel Sekuritas, penurunan harga komoditas, termasuk pertambangan, dipengaruhi pula oleh membaiknya hubungan antara China dan Australia.

Untuk diketahui, China menerapkan larangan impor batu bara dari Australia sejak tahun 2020 karena pemerintah yang terpantik amarahnya dengan pernyataan negeri Kangguru soal rencana penyelidikan asal-usul COVID-19.

Mengawali 2023, China pun mempertimbangkan untuk melonggarkan kebijakan larangan impor tersebut.

Sejak larangan tersebut diterapkan, porsi ekspor batu bara dari Indonesia ke China pun meningkat sehingga mendongkrak kinerja saham-saham emiten dalam negeri.

Walau demikian, Samuel Sekuritas menilai bahwa potensi penurunan permintaan batu bara untuk Indonesia dari negeri Tirai Bambu tidak akan berdampak terlalu besar.

"Sebab, porsi ekspor emiten batu bara di bawah coverage kami ke China sudah cenderung ternormalisasi pada 2022," tulis Samuel Sekuritas dikutip Selasa, 10 Januari 2023.

Selain penurunan harga komoditas, dibukanya pembatasan aktivitas akibat COVID-19 di China pun membuat nilai investasi asing menurun karena para pelaku pasar mengincar pasar China yang valuasinya menjadi lebih murah.

Per Desember 2022, penjualan investor asing tercatat sebesar Rp19,5 triliun dan menjadi angka tertinggi sepanjang 2022.

Menurut Martha, aksi jual investor asing ini pun berdampak kepada kinerja IHSG yang menunjukkan tren menurun jika mengacu pada pergerakan sejak awal tahun.