logo
Tol Jakarta-Cikampek Source: PT Jasa Marga (persero) Tbk
Korporasi

Saham Emiten LQ45 Ini Minim Katalis Positif, Target Harganya Dipangkas

  • Jasa Marga (JSMR) diperkirakan akan mengalami stagnasi pada 2025-2026 akibat dampak terbatas dari divestasi dan tambahan utang dari pengoperasian jalan tol baru. RHB Sekuritas memproyeksikan pendapatan stabil, namun laba bersih stagnan pada 2025, dengan kenaikan biaya bunga.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), sebuah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam Indeks LQ45 ini diperkirakan mengalami stagnasi pada periode 2025-2026. Alhasil, target saham emiten pengelola jalan tol ini pun dipangkas. 

RHB Sekuritas dalam risetnya mengatakan kondisi emiten bersandikan JSMR ini dipengaruhi oleh dampak divestasi yang terbatas, sementara tambahan utang dari pengoperasian jalan tol baru memberikan tekanan pada kinerja keuangan perusahaan.

RHB mencatat pada September 2024, Jasa Marga berhasil mengantongi dana sebesar Rp6,7 triliun, disusul tambahan Rp6 triliun pada Desember 2024 dari hasil divestasi Jasamarga Transjawa Tol (JTT). Sebagian besar dana ini dialokasikan untuk pelunasan utang. 

“Namun, pengoperasian ruas tol Kartasura-Klaten (bagian dari jalan tol Yogyakarta-Solo) yang dimulai pada September 2024 kembali menambah utang perusahaan sebesar Rp2,4 triliun, dengan biaya bunga mencapai Rp60 miliar hanya untuk kuartal IV-2024 saja.

Akan tetapi, kata RHB Sekuritas, bahwa tambahan 92,1 km jalan tol baru hingga tahun 2026 diproyeksikan meningkatkan utang JSMR hingga Rp 9 triliun, disertai kenaikan biaya bunga sebesar Rp 1 triliun pada akhir 2026.

Sementara itu, pendapatan Jasa Marga diprediksi relatif stabil pada 2025-2026 akibat keterbatasan penyesuaian tarif. Pada tahun 2024, pendapatan diperkirakan mencapai Rp 17,7 triliun, meningkat 27% secara tahunan (yoy), didukung oleh kenaikan tarif khusus sebesar 35% di ruas tol Jakarta-Cikampek. 

“Namun, kontribusi dari penyesuaian tarif di ruas Semarang-Batang dan Solo-Ngawi yang direncanakan pada akhir 2025 diperkirakan hanya memberikan tambahan pendapatan sebesar 12% terhadap total pendapatan tol JSMR,” tambahnya. 

Prediksi Kinerja Keuangan dan Revisi Target Harga

Berdasarkan pertimbangan tersebut, RHB memproyeksikan, pada 2025, pendapatan tol Jasa Marga diperkirakan tumbuh 6% yoy menjadi Rp18,7 triliun, kemudian meningkat 7,2% yoy menjadi Rp20,1 triliun pada 2026. 

Namun, laba bersih JSMR pada 2025 diproyeksikan stagnan di angka Rp3,6 triliun, tertekan oleh kenaikan biaya bunga sebesar 10% yoy menjadi Rp4,6 triliun. Barulah pada 2026, laba bersih diperkirakan naik 15% yoy menjadi Rp5,2 triliun.

Dengangn demikian, RHB Sekuritas mengubah rekomendasi saham JSMR dari “buy” menjadi “netral.” Target harga saham JSMR pun dipangkas dari Rp 5.400 menjadi Rp 4.900. “Dibutuhkan katalis yang signifikan untuk mendorong re-rating saham ini,” demikian catatan RHB Sekuritas.

Target harga tersebut mencerminkan estimasi price-to-earnings ratio (PE) 2025 sebesar 10 kali, yang berada di standar deviasi (SD) -1 dari rata-rata tiga tahun terakhir. Penilaian ini tidak mencakup premi atau diskon berbasis ESG, mengingat skor ESG JSMR setara dengan median nasional.