Head of Marketing Food & Ads Gojek Ignatius Satrio bersama Podcaster RAPOT dalam sesi diskusi disela peluncuran inovasi terbaru dari Gojek yaitu GoDineIn di Jakarta. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Korporasi

Saham GOTO Longsor ke Rp63 di Tengah Proyeksi Cerah Tahun 2025

  • Menariknya, penurunan saham GOTO terjadi saat prospek bisnis emiten teknologi ini untuk 2025 dinilai menjanjikan. CLSA Sekuritas, misalnya, tetap optimistis dengan mempertahankan rekomendasi "overweight" dan menetapkan target harga Rp100.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - Saham emiten perniagaan elektronik dan akomodasiPT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) anjlok 7,35% ke level Rp63 pada perdagangan 27 Desember 2024. Penurunan ini terjadi di tengah aktivitas distribusi saham oleh beberapa pihak. 

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia tercatat bahwa Broker CGS International Sekuritas mencatat net sell sebesar Rp127,3miliar, sementara investor asing membukukan net sell Rp29,4miliar dengan nilai transaksi jual total Rp96,6miliar.

Dalam sepekan terakhir, saham GOTO telah terkoreksi 10%, dengan penurunan 4,23% pada perdagangan 24 Desember. Meskipun demikian, beberapa broker justru mencatat aksi beli bersih pada 27 Desember, seperti Semesta Indovest (Rp37,7miliar), Indo Premier Sekuritas (Rp27,1miliar), dan Maybank Sekuritas (Rp26,2miliar).

Menariknya, penurunan saham GOTO terjadi saat prospek bisnis emiten teknologi ini untuk 2025 dinilai menjanjikan. CLSA Sekuritas, misalnya, tetap optimistis dengan mempertahankan rekomendasi "overweight" dan menetapkan target harga Rp100.

Menurut CLSA, segmen on-demand service GOTO tumbuh lebih cepat dibanding pesaing, sementara fintech-nya berada di posisi strategis untuk mencetak pertumbuhan kredit hingga tiga digit. Selain itu, tingkat kredit bermasalah (non-performing loan) fintech GOTO dilaporkan rendah, memberikan kepercayaan lebih terhadap model bisnisnya.

Sementara itu, analis Riset dari Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis sebelumnya mengatakan bahwa valuasi saham GOTO dari sisi rasio Price to Book Value (PBV) atau rasio harga terhadap nilai buku yakni 2,6 kali, sementara rata-rata PBV perusahaan kompetitor di kisaran 5,4 kali, sehingga valuasi GOTO masih sangat murah.

"Bisa disimulasikan, jika saham GOTO mendekati valuasi peers, tidak usah sampai 5x PBV tetapi dengan 4x PBV saja maka harga saham GOTO berpotensi mencapai Rp106 per saham, potensi return lebih dari 50%,"kata Aziz belum lama ini. 

Selain dari sisi pergerakan harga saham yang masih terbatas dibandingkan dengan peers, Azis melihat katalis positif untuk harga saham GOTO di penghujung tahun adalah perseroan yang on-track untuk mencapai EBITDA grup yang disesuaikan positif di kuartal IV-2024.

"Untuk capai EBITDA grup yang disesuaikan impas di tahun 2024, maka GOTO perlu mencapai EBITDA grup yang disesuaikan positif di kuartal IV-2024. Ini sangat feasible, karena unit bisnis On-Demand Services (ODS) sudah capai positif 4 kuartal beruntun dan unit bisnis financial technology (fintech) semakin dekati impas bahkan bisa capai positif setahun lebih cepat."

Per kuartal III-2024, dalam laporan kinerjanya, GOTO mencatat EBITDA grup yang disesuaikan mencapai rekor tertinggi Rp137miliar yang menunjukkan perseroan makin mendekati pedoman kinerja EBITDA Grup yang disesuaikan mencapai titik impas untuk keseluruhan tahun buku 2024.

Senada dengan Azis, analis dari Ciptadana Sekuritas, Gani mengatakan bahwa koreksi harga saham GOTO belakangan memang cenderung sejalan dengan kinerja pasar saham Indonesia yang sedang mengalami pelemahan yang lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen temporer.

Kendati begitu, kata dia, dari sisi fundamental dan prospek, GOTO masih solid. Dia menilai koreksi harga saham GOTO saat kinerja keuangan semakin solid justru membuat valuasi GOTO semakin atraktif dibandingkan dengan peers di industri teknologi.

"Konsensus analis menetapkan target harga saham GOTO di Rp87 per saham. Bahkan beberapa analis menaikkan target price sampai ke Rp100 per saham. Artinya ada potensi upside setidaknya 26-45% dari harga penutupan terakhir," katanya.

Bahkan menurut Gani, jika dibandingkan dengan kompetitor seperti Sea dan Grab yang harga sahamnya sudah naik signifikan membuat harga sahamnya sudah semakin mendekati nilai wajarnya sehingga potensi upside-nya lebih terbatas. "Uptrend saham peers teknologi sudah ter-priced-in. Ruang upside saham GOTO masih lebih tinggi sehingga lebih atraktif untuk investor," tambah Gani.