Karyawan beraktifitas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan perdana di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin, 3 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Bursa Saham

Saham MEDC dan ELSA Mendidih Kala Harga Minyak Melenting 3 Persen

  • Konflik Timur Tengah menciptakan pedang bermata dua, dengan potensi ancaman terhadap ketahanan energi Tanah Air dan kenaikan harga emiten minyak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA – Nilai saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Elnusa Tbk (ELSA) yang merupakan emiten perminyakan kompak terbang usai kenaikan harga minyak sebesar US$3 per barel pada perdagangan Jumat, 19 April 2024. 

Dilansir dari Refinitiv, terpantau pagi tadi pukul 9.00 WIB, harga minyak mentah acuan Brent melejit 3,5% ke US$90,14 per ton. Sementara mintak West Texas Intermediate (WTI) naik 3,61% ke US$85,80 per ton. 

Kenaikan harga minyak mentah itu tersengat oleh laporan serangan Israel ke sebuah wilayah Iran pada beberapa saat lalu. Konflik ini menciptakan pedang bermata dua, dengan potensi ancaman terhadap ketahanan energi Tanah Air dan kenaikan harga emiten minyak yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pasalnya, ketegangan yang terjadi di Timur Tengah bakal mengganggu distribusi minyak mentah dan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke dalam negeri. Sedangkan mayoritas pasokan minyak Indonesia berasal dari impor.

Berdasarkan data RTI Business, pada pukul 11:08 WIB, emiten minyak bersandikan MEDC terpantau menguat 6,33% ke level Rp1.595 per saham. Dari sisi variasi harga, saham ini bergerak di rentang Rp1.550-1.665 per saham. 

Adapun PER dan PBVR saham ini masing-masing di angka 7.86 dan 1.42. Mengacu data perdagangan tujuh hari terakhir saham MEDC telah menguat 2,03%. Sementara secara (year-to-date/ytd) nilainya telah melenting 38,26%. 

Tim analis Bareksa dalam risetnya pada, 17 April 2024, merekomendasikan trading buy saham MEDC dengan harga masuk di rentang Rp1.500 sampai Rp1.565. Target harga ambil untung di Rp1.600 dan Rp1.645, sementara stop rugi di Rp1.470.

Selain MEDC, saham ELSA yang merupakan anak usaha dari Pertamina Hulu Energi juga terpantau menguat 2,53% ke level Rp406 per saham. Dari sisi variasi harga, saham ini bergerak di level Rp400-412 per saham. 

Adapun PER dan PVBR saham ini masing-masing di angka 5.89 dan 0.6. Mengacu data perdagangan tujuh hari terakhir saham ELSA berhasil menguat 1,50%. Sementara sepanjang tahun ini saham ELSA telah menunjukkan tren penguatan 4,64%. 

Tim riset Reliance Sekuritas dalam risetnya pada, 16 April 2024, merekomendasikan buy saham ELSA, dengan memperhatikan support Rp378 dam resistance Rp420 dan target harga Rp426. 

Bank Plat Merah Top Losers LQ45

Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau mengalami pelemahan 62,23 poin atau 0,87% ke level 7,104.38. Data IDX Mobile menunjukkan Indeks LQ45 yang merupakan kumpulan 45 saham blue chips mengalami pelemahan ke level 923.22. 

Adapun tiga besar saham terlaris atau top gainers LQ45 dihuni oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 5,00% ke level Rp1.575 per saham, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 2,90% ke level Rp2.840 per saham, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 2,03% ke level Rp1.760 per saham.

Dengan demikian, saham paling tekor dalam Indeks LQ45 mayoritas adalah emiten perbankan. Hal ini dapat dikaitkan oleh pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell kemarin, yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga akan tetap rendah lebih lama.

Sementara pejabat The Fed New York, John Williams, menunjukkan bahwa pemangkasan tingkat suku bunga mungkin tidak akan terjadi. “Begitupun dengan pejabat The Fed Atlanta Raphael Bostik yang menambahkan tidak ada ruang pemangkasan tingkat suku bunga hingga akhir 2024,” jelas Pilarmas dalam riset harian pada Jumat, 19 April 2024. 

Antisipasi Pemerintah

Menyikapi itu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperingatkan BUMN untuk mengantisipasi dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia khususnya konflik Timur Tengah.

Menurut Erick jika inflasi AS sebesar 3,5% membuat langkah The Fed menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tidak akan terjadi dalam waktu dekat. "Situasi geopolitik juga semakin bergejolak dengan memanasnya konflik Israel dan Iran beberapa hari yang lalu," ujar Erick di Jakarta pada Jumat, 19 April 2024.

Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus US$85,7 dan US$90,5 dolar AS per barrel.

Ketua PSSI ini juga memprhatikan bahwa harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat.

Erick menyampaikan dua hal tersebut telah melemahkan rupiah menjadi Rp16.000-16.300 per dolar AS dalam beberapa hari kebelakang. Nilai tukar ini bahkan bisa mencapai lebih dari Rp16.500 apabila tensi geopolitik tidak menurun.

Erick menilai situasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berdampak kepada Indonesia melalui Foreign Outflow dana investasi yang akan memicu melemahnya rupiah dan naiknya imbal hasil obligasi. Kemudian juga semakin mahalnya biaya impor bahan baku dan pangan karena gangguan rantai pasok.