Matahari terbenam di balik cerobong asap kilang minyak Total Grandpuits, tenggara Paris (Reuters/Christian Hartmann)
Bursa Saham

Saham MEDC, ELSA, dan ENRG Menyala, Bagaimana Prospek Jangka Panjangnya?

  • Kenaikan harga minyak diperkirakan akan memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen dan penunjang migas, seperti MEDC, ELSA dan ENRG.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Sejumlah saham minyak dan gas di Bursa Efek Indonesia pada perdagangan Jumat, 4 Oktober 2024, melesat tatkala harga minyak acuan dunia naik. Ini dipicu oleh pernyataan Presiden Amerika Serikat Joe Biden serta ketegangan di Timur Tengah.

Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Hendriko Gani, mengatakan kenaikan harga minyak berpotensi memberikan sentimen positif jangka pendek bagi emiten produsen migas dan penunjang migas, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Energi Mega Persada (ENRG). 

“Dalam jangka yang lebih panjang, selain konflik geopolitik, prospek harga minyak akan dipengaruhi seberapa berhasil paket stimulus yang dikucurkan pemerintah China untuk memulihkan ekonominya (meningkatkan permintaan minyak) dibandingkan potensi tambahan suplai dari rencana kenaikan produksi OPEC+,” jelasnya dalam riset pada Jumat, 4 Oktober 2024. 

Berdasarkan data RTI Business, hingga pukul 11.00 WIB, saham ENRG memimpin dengan kenaikan 7,08% ke level Rp242 per saham, disusul MEDC yang naik 3,28% ke Rp1.415 per saham, serta ELSA yang menguat 3,24% ke Rp510 per saham.

Harga Minyak Membara

Diketahui, harga minyak Brent di pasar berjangka melonjak 5,03% ke level US$77,62 per barel pada Kamis malam, 3 Oktober 2024, setelah Presiden AS Joe Biden mengungkapkan bahwa Amerika Serikat dan Israel tengah mempertimbangkan kemungkinan menyerang fasilitas minyak Iran.

Pernyataan ini disampaikan Biden saat meninggalkan Gedung Putih, meskipun tidak secara jelas mencerminkan sikap resmi pemerintah AS. Sebelumnya, Biden menegaskan bahwa ia tidak akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.

Pernyataan Biden muncul hanya sehari setelah seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Axios bahwa Israel berencana melancarkan serangan balasan, kemungkinan menargetkan fasilitas produksi minyak Iran dan lokasi strategis lainnya. 

Hal ini terjadi setelah Iran melakukan serangan terbesar terhadap Israel pada Selasa, 1 Oktober 2024, sebagai respons atas serangan Israel terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon pada akhir pekan sebelumnya.

Iran, sebagai produsen minyak terbesar ketiga dalam organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC), menghasilkan sekitar 3,7 juta barel per hari pada Agustus 2024, atau sekitar 4% dari total produksi minyak global.

Analis ANZ Daniel Hynes mengatakan, pasar mulai memperhitungkan kemungkinan gangguan pasokan dari Timur Tengah, yang menyumbang sekitar sepertiga dari pasokan minyak global.

 "Pergerakan ini diperparah oleh para investor yang sebelumnya bertaruh pada penurunan harga sekarang mulai membalikkan posisinya. Kenaikan ini bisa berlanjut jika investor mulai mengambil posisi bullish terhadap minyak," ujar Hynes.

Namun, kekhawatiran tentang pasokan mereda karena adanya kapasitas cadangan produksi dari OPEC dan fakta bahwa pasokan minyak global belum terganggu oleh kerusuhan di Timur Tengah.