Pekerja berjalan di depan layar yang menampilkan pergerakan saham di Mail Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta 17 Oktober 2023. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Bursa Saham

Saham Melonjak 25 Persen Usai IPO, Ancara Logistics (ALII) Bidik Laba Bersih Rp900 M

  • Setelah melantai pagi tadi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Ancara Logistics (ALII) segera menetapkan target pendapatan sebesar Rp2 triliun dengan laba bersih sekitar Rp900 miliar pada 2024.
Bursa Saham
Alvin Pasza Bagaskara

Alvin Pasza Bagaskara

Author

JAKARTA - PT Ancara Logistics Indonesia Tbk (ALII) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 Februari 2024. Tanpa ragu, emiten Grup Bakrie ini memasang target pendapatan Rp2 triliun dengan laba bersih sekitar Rp900 miliar sepanjang 2024.

Direktur Utama ALII, Faisal Mohamad Nur mengatakan proyeksi pendapatan dan laba bersih perseroan yang bergerak di bidang logistik pertambangan dan pelayaran ini bakal didukung oleh peningkatan volume pengangkutan batu bara yang mencapai dua kali lipat.

“Untuk 2024 untuk mengangkut 7 juta ton baru bara, tahun lalu hanya 2,7 juta ton. tahun ini kita sudah ada kontrak,” kata Faisal dalam konferensi pers di Jakarta, pada Rabu, 7 Februari 2024. 

Faisal yang akrab disapa menjelaskan ALII juga memiliki dua pelanggan emiten batu bara yang memiliki total kontrak sebesar 7 juta ton untuk 2024. Kontrak dengan kedua tambang ini akan berlaku selama tambang tersebut beroperasi.

Sebagai ikhtisar, emiten berkodekan ALII ini melaporkan pendapatan sebesar Rp662,88 miliar pada 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 73,96% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, di mana pendapatan mencapai Rp381,04 miliar. 

Adapun sektor pendapatan ALII pada tahun tersebut masih didominasi oleh pendapatan dari pihak terkait sebesar Rp592,31 miliar, sementara pendapatan dari pihak ketiga hanya mencapai Rp70,56 miliar.

Kenaikan pendapatan tersebut menyebabkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat menjadi Rp163,72 miliar. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 105,91% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu Rp79,51 miliar. 

ALII mencatat total liabilitas sebesar Rp1,24 triliun, terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar Rp312,34 miliar dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp928,50 miliar. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan akhir 2022 yang sebesar Rp1,05 triliun.

Sementara itu, total ekuitas tercatat naik menjadi Rp614,30 miliar dibandingkan dengan periode akhir 2022 yang mencapai Rp347,67 miliar. Dengan demikian, total aset yang dimiliki ALII mencapai Rp1,85 triliun.

Performa Saham 

Berdasarkan data IDX Mobile, pasca melantai di BEI pagi tadi, 09.00 WIB pagi tadi, saham ALII telah berada di level Rp340 per saham. Nominal tersebut melesat 25% dari harga pembukaannya sebesar Rp304 per saham. 

Sementara itu frekuensi transaksi saham BBHI hingga pukul 14.24 WIB, berada di angka 20.7 ribu dengan volume saham yang diperdagangkan mencapai 421 juta lembar saham. Sedangkan nilai transaksi (turnover) saham emiten Grup Bakrie ini Rp145 miliar juta dan kapitalisasi pasar menembus Rp5.381 triliun. 

Melansir prospektus, ALII melepas saham sebanyak-banyaknya 3.165.160.000 saham atau 20% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh pasca IPO. Diketahui harga penawaran awal emiten ini berkisar di angka Rp268-278 per saham. Itu artinya perseroan berhak menghimpun dana segar maksimal senilai Rp879,91 miliar.

Seluruh dana yang diperoleh dari IPO saham ini setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penawaran umum ini akan digunakan untuk tiga hal utama yang dijabarkan sebagai berikut. 

Pertama, 75% akan dialokasikan untuk memberikan pinjaman kepada anak perusahaan, MCT. Dana ini akan digunakan oleh PT Mahakam Coal Terminal (MCT) untuk membayar sebagian atau melunasi utang pokoknya kepada OCP Asia Fund IV (SF 1) Pte Limited dan OCP Asia Fund V (SF 1) Pte Limited.

Kedua, sekitar 20,64% akan digunakan oleh Ancara Logistics Indonesia  untuk kebutuhan  belanja modal guna mendukung kegiatan usaha utama perusahaan, terutama untuk pembelian tongkang sungai.

Sisanya akan digunakan untuk modal kerja, mendukung operasional perusahaan, termasuk namun tidak terbatas pada pembelian bahan bakar, pembayaran jasa operator kapal, pembayaran jasa keamanan, pembayaran jasa operator alat berat, dan keperluan lainnya.