Saham Merah, Kinerja KRAS Kian Merana
- Kerugian KRAS sebuah BUMN yang bergerak di bidang baja sepanjang kuartal I-2024 mencapai US$29,14 juta atau Rp462,58 miliar.
Korporasi
JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) sepanjang kuartal I-2024 harus dihadapkan dengan kerugian yang membengkak 60% secara tahunan. Kinerja keuangan yang merana ini selaras dengan harga saham yang terus berkubang di zona merah.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia pada Senin, 1 Juli 2024, kerugian BUMN yang bergerak di bidang baja ini mencapai US$29,14 juta atau Rp462,58 miliar.
Alhasil, rugi bersih KRAS pada periode berjalan kuartal I-2024 yang ditujukan kepada entitas induk meningkat drastis sebesar 60% secara tahunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya sebesar US$18,27 juta.
- EV Dicap Lebih Hijau tapi Listrik Masih dari Batu Bara, Inilah Rekomendasi dari AEER
- IPO di Harga Rp200 per Saham, Inilah Prospek Bisnis GOLF
- Rupiah-Yen Anjlok, Kenapa Bergantung pada Dolar Berbahaya?
Sejalan dengan rugi bersih yang melesat, pendapatan usaha KRAS pada kuartal I-2024 juga terpotret anjlok menjadi US$231,79 juta atau Rp3,67 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun sebelumnya emiten baja sukses meraup pendapatan US$689,83 juta.
Anjloknya pendapatan usaha KRAS disebabkan oleh penjualan produk baja di pasar domestik, yang mengalami penurunan nilai dari US$574,90 juta pada periode sebelumnya menjadi US$185,87 juta.
Selain itu, selama tiga bulan pertama tahun ini, KRAS tidak melakukan penjualan produk bajanya ke luar negeri, berbeda dengan periode yang sama tahun sebelumnya di mana penjualan mencapai US$33,35 juta.
Sementara itu, pendapatan dari produk non-baja KRAS juga mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Rinciannya adalah sarana infrastruktur sebesar US$40,43 juta, rekayasa dan konstruksi sebesar US$2,05 juta, dan jasa lainnya sebesar US$3,43 juta.
Meski beban pokok pendapatan turut susut menjadi US$211,85 juta dari kuartal I-2023 sebesar US$637,39 juta, penurunan pendapatan menjadikan laba bruto turun dari US$52,44 juta pada akhir Maret 2023 menjadi US$19,94 juta pada akhir Maret 2024.
Utang Jatuh Tempo
Dari perspektif neraca keuangan, per 31 Maret 2024, total aset KRAS mencapai US$2,79 miliar, mengalami penurunan dari posisi US$2,84 miliar pada 31 Desember 2023. Rinciannya, aset lancar sebesar US$631 juta, sementara aset tidak lancar mencapai US$2,16 miliar.
Adapun total liabilitas KRAS per 31 Maret 2024 mencapai US$2,33 miliar, dengan sebagian besar berupa liabilitas jangka pendek atau utang yang harus dilunasi dalam satu tahun mencapai US$2,10 miliar.
Kondisi tersebut jelas sangat mengkhawatirkan, pasalnya jumlah aset lancar yang bisa dicairkan dalam waktu dekat hanya separuh dari total liabilitas jangka pendek. Bahkan aset lancar KRAS yang tergolong likuid hanya kas dan setara kas sebesar US97,85 juta.
Sementara itu, pada tiga bulan pertama tahun ini, modal atau ekuitas KRAS hanya berada di level US$459,73 juta. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi 31 Desember 2023 dengan ekuitas tercatat di level US$496,80 juta.
Saham KRAS
Dari lantai bursa, saham KRAS pada penutupan perdagangan berjalan Senin, 1 Juli 2024, terpantau melemah ke level Rp93 per saham. Secara mingguan dan tiga bulan terakhir, saham emiten baja ini juga melemah di level masing-masing 7,00% dan 35,42%.
Demikian pula secara year-to-date dan lima tahun terakhir, saham KRAS juga terpantau melemah sebesar 34,45% dan 81,33%. Berdasarkan data RTI Business, per 31 Mei 2024, jumlah pemegang saham ini di angka 27.900 orang atau turun 312 dari posisi bulan sebelumnya.
Sebagai informasi, KRAS melantai di BEI pada November 2010 dengan melakukan penawaran umum perdana di harga Rp850 per saham. Kala itu, emiten BUMN yang bergerak di bidang baja ini menghimpun dana IPO sebesar Rp2,68 triliun.