Karyawan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Korporasi

Saham Migas LQ45 dengan Kinerja Ngegas dalam 6 Bulan Terakhir

  • Dari 45 saham yang terdaftar dalam Indeks LQ45, hanya 4 saham yang beroperasi di sektor migas. Meskipun demikian, keempat saham tersebut telah mengalami lonjakan signifikan, dengan kenaikan tertinggi mencapai 41%.

Korporasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Harga minyak mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan 2% pada perdagangan Senin malam, 1 Juli 2024, mencapai US$83,48 per barel. Kenaikan ini merupakan level tertinggi sejak awal Mei 2024.

Kenaikan harga minyak itu dipicu oleh dua faktor utama, yang pertama soal kekhawatiran terhadap gangguan aktivitas produksi migas dan pemurnian minyak di Teluk Meksiko akibat meningkatnya aktivitas badai Beryl.

Faktor kedua, risiko eskalasi geopolitik muncul setelah serangan drone oleh Hezbollah terhadap 18 tentara Israel, diikuti dengan komitmen dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk terus melawan Hamas.

Data dari Trading Economics menunjukkan bahwa harga minyak mentah WTI dalam perdagangan tahun ini belum mencapai rekor tertingginya dalam satu dekade terakhir, yang mencatatkan level US$115,89 per barel pada 30 Mei 2022, lalu.

Sementara itu, harga minyak mentah WTI mencapai puncaknya di level US$87,46 per barel pada 5 April 2024, hal ini secara tidak langsung memberikan dampak positif bagi emiten minyak dan gas (migas) di Bursa Efek Indonesia (BEI), terutama yang tergabung Indeks LQ45.

Nah, berhubung periode ini sudah masuk semester II-2024, TrenAsia.com mencoba mengumpulkan terkait performa saham sektor migas yang terdaftar dalam Indeks LQ45 selama enam bulan terakhir. 

Dari 45 saham yang terdaftar dalam Indeks LQ45, hanya 4 saham yang beroperasi di sektor migas. Meskipun demikian, keempat saham tersebut telah mengalami lonjakan signifikan selama 6 bulan terakhir, dengan kenaikan tertinggi mencapai 41%.

ESSA 

PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) menjadi saham migas dalam konstituen LQ45 yang paling ngegas dengan kenaikan 41,07% dari kisaran Rp530 per saham menjadi Rp810 pada perdagangan siang ini, 2 Juli 2024, di level Rp810 per saham.  

Sepanjang kuartal I-2024, ESSA yang mengoperasikan sebuah kilang LPG di Palembang sukses mencatatkan laba bersih sebesar Rp165,61 miliar atau melejit 228,29% dari posisi tahun sebelumnnya. Selain LPG, ESSA yang terafialiasi Garilbadi Thohir ini juga memiliki lini bisnis produksi gas amonia. 

PGAS 

Saham migas LQ45 paling ngegas di posisi kedua dihuni oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Sepanjang enam bulan terakhir, nilai emiten anak usaha PT Pertamina (Persero) melonjak 37,72% dari kisaran Rp1.125 per saham ke level Rp1.575 per saham. 

Pada tiga bulan pertama tahun ini, PGAS yang bergerak di bidang distribusi gas alam ini sukses membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar US$121,13 juta. Laba tersebut naik 40,79% dibandingkan dengan kuartal I-2023.

MEDC 

PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) berada di urutan ketiga saham migas yang paling ngegas dengan kenaikan 17,60%. Nilai emiten milik keluarga Panigoro ini melenting dari kisaran harga Rp1.105 per saham menjadi Rp1.370 per saham. 

Pada kuartal I-2024, MEDC berhasil mencatat laba bersih sebesar US$72,65 juta. Tahun ini, MEDC akan memperkuat fokusnya pada sektor migas, ketenagalistrikan, serta pertambangan tembaga dan emas dengan strategi peningkatan ESG.

AKRA

Saham migas yang paling ngegas adalah PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dengan kenaikan sebesar 6,33%. Nilai emiten migas yang didirikan Soegiarto Adikoesoemo berhasil melesat dari kisaran Rp1.475 per saham menjadi Rp1.590 per saham. 

Secara bottom line, AKRA meraih laba bersih sebesar Rp595,45 miliar. Keuntungan AKRA turun tipis 1,94% dibanding laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I-2023 yang kala itu sebesar Rp607,27 miliar.